Help/Support
Like
Contact
PENDIDIKAN SENI RUPA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

PENDIDIKAN SENI RUPA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Sejak akhir dasawarsa 90-an, di Indonesia muncul bentuk kesenian (seni rupa) yang menggunakan media dan material non-konvensional sebagai medium berkaryanya. Kesenian tersebut semakin berkembang, terutama di wilayah-wilayah yang selama ini menjadi sentra perkembangan seni rupa di Indonesia seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Bali.
Bentuk kesenian ini kemudian dikenal dengan istilah “seni media baru” (new media art). Penggunaan istilah “media baru” terutama menunjuk kepada medium yang digunakan oleh para perupanya yang sangat berbeda dengan medium (konvensional) berkarya seni rupa pada periode-periode sebelumnya yang lebih dulu dikenal seperti: penggunaan kain kanvas dan cat pada lukisan; bahan kayu, batu dan logam pada pembuatan patung; kertas, plat logam dan tinta pada pembuatan grafis dsb.
Salah satu karakteristik bentuk kesenian “baru” ini adalah penggunaan teknologi serta media komunikasi dan informasi sebagai alat, medium dan sumber gagasan penciptaan berkarya seni. Beberapa varian dari kesenian yang tergolong dalam media baru tersebut diantaranya: seni internet (web art), video performance, seni video (video art), cellular art, dan lain sebagainya. Para perupa yang menggeluti jenis-jenis kesenian tersebut umumnya mahasiswa dan alumni perguruan tinggi seni rupa atau setidaknya pernah mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah tinggi seni rupa, baik di dalam maupun di luar negeri.
Di dunia internasional bentuk kesenian dengan karakter pengunaan teknologi serta media komunikasi dan informasi ini telah diakui sebagai bagian dari perkem-bangan (disiplin ilmu) seni rupa. Jurusan atau program studi yang mengkhususkan pada bentuk kesenian ini telah didirikan di beberapa negara dan umumnya dengan menggunakan label multi-media art atau media art. Beberapa event internasional telah diselenggarakan dan diikuti juga oleh perupa-perupa dari Indonesia. Keikutsertaan para perupa Indonesia ini bukan hanya sebagai pertisipan, tetapi telah mendapat pengakuan secara internasional.
Yang menarik, walaupun perupanya sebagian besar berasal dari kalangan akademisi, perkembangan pengetahuan dan praktek bentuk kesenian yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi ini di Indonesia tidak melalui jalur pendidikan formal. Dalam kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia tidak ada yang secara eksplisit menyebutkan bentuk kesenian tersebut, kecuali Program Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang baru-baru ini membuka Kajian Seni Media. Sedangkan pada tingkat strata satu, kajian dan praktek tentang seni media baru ini sebatas introduksi dalam mata kuliah yang berhubungan dengan sejarah seni (art history) atau teori seni (art theory) dan prakteknya pada mata kuliah eksperimen. Dalam kondisi ini tidak mengherankan kalau hampir seluruh perupa yang menggunaan media komunikasi dan informasi sebagai medium berkaryanya, mengaku mengenal, mempelajari dan memahaminya bukan dari pendidikan formal. Pengetahuan dan keterampilan seni media baru diperolehnya secara otodidak, melihat secara langsung dalam berbagai event dan pameran atau secara tidak langsung melalui berbagai media komunikasi dan informasi.
Sesuai dengan tuntutan perkembangan dunia seni rupa, fenomena jenis kesenian yang menggunakan teknologi komunikasi dan informasi sebagai basis kreatifnya perlu mendapat perhatian, bukan saja dikalangan seniman, tetapi juga di kalangan pendidikan, khususnya pendidikan seni rupa. Demikian pula jika melihat perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang tumbuh dengan pesat dipergunakan untuk mempercepat perkembangan berbagai bidang (disiplin) ilmu, maka tidak berlebihan apabila para pengembang kurikulum pendidikan seni rupa mencoba memasukan jenis kesenian ini dalam kurikulum pendidikannya.
Walaupun dengan mudah para pengembang kurikulum pendidikan seni di Indonesia dapat mengadopsi struktur kurikulum dari berbagai negara yang telah lebih dulu membuka Jurusan atau program studi ini, tetapi mengingat konteks budaya yang berbeda antara satu negara dengan negara lainya, beberapa hal yang berkaitan dengan aspek-aspek historikal, ideologi, karakteristik bentuk, estetika, medium serta pola belajar yang digunakan oleh para perupanya, harus diketahui dan dipahami dengan baik oleh para pengembang kurikulum pendidikan seni rupa. Pemahaman secara holistik akan membantu para pengembang kurikulum untuk membuat sebuah struktur kurikulum yang sesuai dengan konteks atau kultur budaya setempat.

Perkembangan Seni Rupa dan Teknologi Visual
Pertautan yang paling erat antara seni rupa dengan teknologi visual digambarkan dengan sangat baik oleh Pelfrey (1986) dan dalam bukunya Art and Mass Media dan Walker (1996) dalam Art in The Age of Mass Media. Keduanya menguraikan secara teoritis dan historis pengaruh teknologi komunikasi dalam perkembangan seni rupa di Barat. Walaupun keduanya menggunakan perkembangan media massa sebagai alat analisisnya alih-alih teknologi komunikasi dan informasi.
Pelfrey menunjukkan bukti-bukti secara historis untuk menguatkan argumen-tasinya bahwa kelahiran media massa pada awalnya dipengaruhi oleh perkembangan filosofi dan bentuk dalam seni rupa. Perkembangan media massa yang didukung perkembangan teknologi komunikasi dan informasi ini pada gilirannya justru mempe-ngaruhi perkembangan filosofi dan bentuk karya seni rupa.
Perkembangan media komunikasi dalam pembahasan yang berhubungan dengan perkembangan seni rupa di Barat terbagi ke dalam beberapa periode dan dinamai sesuai perkembangan teknologi medianya yaitu: (a) Era Perspektif (perspective age), (b) Era Fotografi (photograpfi age), (c) Era Film (film age), (d) Era Televisi (television age) dan (e) Era Komputer (computer age).
Era perspektif dianggap sebagai era pertama hubungan seni rupa dengan media massa. Pada massa ini ideologi penciptaan dan bentuk-bentuk karya seni rupa mengilhami ideologi, prinsip dan bentuk media massa modern. Objektivitas penggambaran realitas dengan meniru kenyataan alam setepat-tepatnya (mimesis) menjadi salah satu prinsip reportase. Kedudukan seniman disepadankan dengan reporter atau jurnalis. Walaupun dalam perkembangannya seniman mencoba memasukan subjektivitas perasaan atau pengamatannya dalam karya, tetapi hal inipun tetap menjadi bagian dari prinsip kerja seorang jurnalis yang menggunakan subjektivitasnya untuk memilih dan mengkategorikan realitas yang akan diliputnya.
Dalam hal kebentukan, banyak dijumpai visualisasi tokoh, objek, teknik dan gaya yang digunakan seniman pada masa itu mengilhami bentuk-bentuk (visualisasi) yang dihasilkan teknologi komunikasi dan informasi modern saat ini. Sebagai contoh, teknik menggambar mazzacio yang ditemukan oleh Paolo Uccello (1396-1475) yang mengembangkan teknik menggambar perspektif temuan Fillipo Brunelleschi (1377-1446), dengan penggunaan struktur garis untuk menunjukkan bentuk keruangan (dimensi) benda, saat ini digunakan dalam aplikasi program komputer untuk desain tiga dimensi.
Karya dengan tema-tema religius dengan penggambaran adegan menyerupai still photograph, proses penciptaan yang menyerupai kerja seorang sutradara film, penggunaan teknik camera obscura untuk memindahkan objek ke dalam bidang gambar, penggambaran lukisan berseri dan hasil cetakan cukil kayu (wood cut) berwarna yang menyerupai komik dan sebagainya menunjukkan pengaruh seni rupa yang mengilhami bentuk media komunikasi dan informasi pada era berikutnya.
Penemuan fotografi yang sempat dikhawatirkan beberapa seniman pada kenyataannya justru mendorong melahirkan proses, bentuk dan ideologi baru dalam penciptaan karya seni rupa. Bukan sebuah kebetulan bahwa fotografer pertama adalah seorang perupa (pelukis). Inovasi dalam produksi pencitraan ini dalam beberapa hal menggugurkan mitos eksklusif seniman dan patron. Teknologi untuk merekam realitas dengan objektivitas dan keakuratan yang dibawa fotografi, ditambah dengan temuan kamera saku (pocket camera), pas foto dan foto berwarna, membawa ideologi baru, semua orang dapat menjadi seniman.
Penemuan fotografi membawa seniman kepada krisis realisme. Sebagian dari pera seniman tersebut menjadi pesimis dan mengatakan “seni lukis telah mati!”. Sebagian lainnya justru termotivasi untuk melahirkan inovasi baru dalam berkarya. Respon seniman ini kemudian melahirkan dua gaya utama yaitu mereka yang mengeksploitasi karya-karyanya melampaui kemampuan teknologi fotografi untuk merekam realitas, diantaranya dengan menggunakan karya lukisan dalam ukuran yang ekstra besar (saat itu karya foto baru dapat di cetak dalam ukuran yang sangat terbatas) atau membuat bentuk-bentuk visual yang tidak mungkin di hasilkan oleh fotografi.
Secara ideologis muncul pula dua arus besar, yaitu mereka yang mencoba untuk “melawan” kehadiran fotografi dan mereka yang mencoba untuk berkompromi dengan teknologi pencitraan ini. Karya-karya dari kelompok pertama ini lah yang kemudian menjadi cikal bakal seni populer di media massa dan produksi visual untuk kebutuhan –kebutuhan praktis, sedangkan kelompok yang kedua bertahan pada kemurnian karya seni, seni hanya untuk seni (l’art pour l’art). Kedua arus besar ini pula yang kemudian mempertahankan tradisi modernisme dalam seni rupa yang mengkategorikan seni murni dan seni terapan.
Walaupun keterampilan artistik para perupa seni terapan (desainer) tidak berbeda dengan para perupa seni murni, tetapi arogansi tradisi modernisme Barat dalam seni rupa seolah masih menempatkan karya seni terapan—termasuk karya seni tradisi dan non Barat—pada strata di bawahnya.
Perkembangan teknologi citra bergerak yang dibawa film dan televisi pada abad duapuluh mengilhami para perupa di Barat melahirkan bentuk-bentuk karya seni rupa yang menggunakan obyek-obyek dan ikon-ikon seni populer media massa. Langkah ini sebenarnya sudah di dahului oleh perupa dari periode sebelumnya yang menggunakan atau meminjam bentuk-bentuk visual media massa sebagai bagian dari karyanya dalam bentuk kolase. Yang membedakan dengan para perupa sebelumnya adalah penggunaan ikon atau bentuk-bentuk visual media massa oleh para perupa—yang kemudian dikenal dengan Seni Pop (Pop Art) ini—tidak semata-mata persoalan kebentukan, tetapi cenderung sebagai reaksi terhadap kehadiran dan dampak seni populer media massa (film dan televisi).
Paradigma modernisme dalam seni rupa di Barat yang anti tradisi dan non Barat ini pada akhirnya dipandang rigid, kaku dan mengekang kreativitas. Sejalan dengan perkembangan ideologi postmodernisme dengan paradigma multikulturalisme yang di bawanya mendorong para perupa avantgarde melahirkan gerakan seni rupa Kontemporer. Para sejarahwan seni rupa mencatat kemunculan gerakan Kontemporer yang dilatarbelakngi ideologi postmodernisme ini sebagai awal kebangkitan seni rupa dunia. Dalam paradigma Kontemporer (postmodernisme) konvensi-konvensi yang digunakan dalam seni rupa Barat (modernisme) dengan sendirinya digugurkan. Seni-seni tradisi dan non Barat memiliki kedudukan sejajar dengan seni rupa modern yang selama ini tumbuh dan diakui di Barat.
Perlawanan terhadap ideologi modernisme ini juga memicu perubahan paradigma dalam proses, teknik dan bentuk karya cipta. Karya-karya seni diciptakan dengan menggunakan media-media non konvensional yang tidak lazim, eksploitasi tubuh sebagai medium berkarya seni, penggunaan benda-benda temuan (found object) dsb. Pada era inilah di Jerman, Nam June Paik, seorang seniman berkebangsaan Korea memperkenalkan penggunaan televisi dan video sebagai medium berkarya seni rupa (Atkins, 1993).
Menurut Katsyuki Hattori, seniman video art dari Jepang, perkembangan seni media baru di negaranya terbagi dalam tiga periode. Generasi perupa video art dari periode pertama (60-70an), menggunakan media ini sebagai kritik sosial dan budaya, termasuk keritik terhadap media itu sendiri, generasi kedua (80-90 an) merayakannya, mencoba berkolaborasi dan menggunakan sebagai bagian integral dari karya-karyanya, pada era ini dunia industri justru memanfaatkan seni, terutama untuk tujuan-tujuan promosi. Adapun generasi pada periode ke tiga (era 90 akhir hingga kini), menggerakkan semangat kolektif untuk mengispirasi masyarakat media baik melalui aksi langsung di ruang publik maupun ruang viartual pada sistem internet (Murti, 2004).
Pada kurun waktu yang sedikit lebih awal, perkembangan seni media baru seperti yang ditunjukkan olah Hattori, terjadi juga di Barat (Eropa dan Amerika). Pada era komputer (computer age), penggunaan teknologi komunikasi dan informasi mengalami perkembangan, tidak semata-mata sebagai alat (tools) untuk memproduksi citra-citra visual dengan lebih efektif dan efisien, tetapi dieksplorasi sedemikian rupa menggunakan segala keunikan dan kelebihan yang dimiliki oleh teknologi ini, yang tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan jenis media konvensional sebelumnya, terutama kemampuan untuk menampilkan citra bergerak.

Seni Media Baru dalam Pendidikan Seni
Ideologi posmodernisme yang memicu gerakan Kontemporer pada satu sisi meruntuhkan premis-premis yang berlaku dalam duni seni rupa selama ini. Salah satu diantaranya adalah “kebingungan” untuk mendefinisikan istilah seni itu sendiri secara mendasar. Seminar bertajuk “Apa itu Seni Saat Ini” yang diselenggarakan oleh Fakultas Filsafat Universitas Parahyangan Bandung pada bulan Juni 2004 yang lalu dengan jelas menunjukkan “kebingungan” peserta untuk menyepakati suatu pemahaman atau konsep yang dapat menjelaskan fenomena seni rupa saat ini.
Pada sisi yang lain, terlepas dari ketidaksepakatan untuk merumuskan konsep seni rupa saat ini, kemampuan teknologi komunikasi dan informasi untuk menstimulus kreativitas berkarya seni merupakan potensi besar dalam pendidikan seni. Potensi laten yang dimiliki oleh teknologi komuniksi dan informasi inilah yang dapat dieksploitasi dalam pembelajaran seni di sekolah-sekolah umum.
Seni Media Baru sangat relevan dalam konteks pendidikan di sekolah saat ini, terlebih jika mengingat mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai salah satu muatan kurikulumnya diberikan sejak tingkat dasar hingga lanjutan. Dalam konteks kehidupan saat ini dimana penggunaan media komunikasi dan informasi sudah sangat akrab dengan masyarakat, khususnya diperkotaan, eksplorasi gagasan penciptaan karya seni pada tingkat yang paling sederhana sekalipun sangat dipengaruhi kehadiran media-media tersebut.
Paradigma yang berkembang dalam masyarakat kita saat ini cenderung melihat dampak negatif dari media komunikasi dan informasi (televisi dan internet) terutama program televisi yang menunjukkan kekerasan dan pornografi atau situs-situs porno di internet. Walaupun diakui ada beberapa program televisi yang berisi informasi pengetahuan (pendidikan), tetapi kebanyakan orang tua lebih khawatir terhadap dampak negatifnya, bahkan dari acara televisi yang dibuat khusus untuk anak-anak sekalipun.
Tidak terkecuali para pendidik di sekolah, paradigma tersebut di atas mempengaruhi pertimbangan mereka untuk menggunakan teknologi komunikasi dan informasi dalam praktek pembelajaran di kelas. Kalaupun ada, penggunaannya seringkali dalam pemahaman terbatas, umumnya hanya digunakan sebagai alat bantu (Bell, 1997). Dalam pembelajaran seni rupa misalnya, teknologi komunikasi dan informasi digunakan sebagai media instruksional atau pengganti alat berkarya konvensional melalui program-program khusus terutama dalam pembuatan desain seperti pengolahan dan pengaturan gambar atau duplikasi motif-motif tertentu. Pada beberapa kasus (dengan fasilitas yang cukup memadai) digunakan juga untuk memperkaya gagasan dan wawasan dengan mengunjungi beberapa situs internet untuk melihat reproduksi karya seni, biografi seniman atau artikel tentang kesenirupaan.
Di sekolah-sekolah umum pada dasarnya pendidikan seni diberikan dengan tujuan memberikan pengalaman dan melatih kepekaan estetis, mengembangkan kreativitas, melatih keterampilan motorik, dan menumbuhkan serta mengembangkan sikap dan kemampuan apresiatif. Seluruh kemampuan ini diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan secara umum. Dalam konteks inilah, seni media baru dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran terutama yang berkaitan dengan aspek pengembangan kreativitas dan apresiasi.
Implementasi teknologi informasi dan komunikasi melalui seni media baru dalam kurikulum pembelajaran seni rupa di sekolah pada akhirnya menuntut kreativitas guru sebagai salah satu pengembang kurikulum. Kreativitas ini dibutuhkan untuk menentukan metode pembelajarannya sesuai tingkat perkembangan siswa dan lingkungan belajar di sekolah. Formulasi yang tepat diharapkan akan memberikan hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa manfaat yang bisa diperoleh dengan alternatif pembelajaran ini diantaranya adalah:
1. Menghilangkan kejenuhan karena metode pembelajaran dan materi pelajaran yang cenderung sama terutama pada tingkat SMP dan SMA.
2. Memperoleh alternatif berkarya seni yang dapat dilakukan oleh semua siswa termasuk mereka yang dikategorikan “tidak berbakat”.
3. Membantu mengakrabkan siswa dengan teknologi informasi dan komunikasi.
4. Membantu mengarahkan siswa dalam penggunaan teknologi komunikasi dan informasi dengan alternatif kegiatan yang lebih produktif dan bermanfaat.

Penutup
Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam pembelajaran seni rupa di sekolah melalui alternatif penciptaan karya seni media baru yang diulas dalam uraian di atas umumnya masih berupa gagasan atau introduksi. Hingga saat ini belum ada metode baku yang digunakan untuk mempelajari jenis kesenian ini. Walaupun demikian dapat dipastikan pengenalan terhadap media serta teknologi informasi dan komunikasi merupakan langkah awal sebelum siswa dapat berkreasi menggunakannya.
Kordinasi dengan bidang studi lain patut dipertimbangkan agar dapat lebih memperkaya gagasan berkarya seni melalui media komunikasi dan informasi. Uji coba metode pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dapat digunakan oleh guru untuk memperoleh metode pembelajaran yang paling tepat sesuai dengan situasi dan kondisi siswa maupun sekolah. Sedangkan bagi pengembang kurikulum (pendidikan seni), penelitian terhadap para perupa yang mengunakan media informasi dan komunikasi sebagai medium berkarya seninya dapat dilakukan untuk memperoleh gambaran secara riil bagaimana bentuk kesenian ini dipelajari, proses penciptaan dan teknik berkarya yang digunakannya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan atau bahan bagi penyusunan kurikulum pendidikan seni rupa berbasis teknologi komunikasi dan informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Alland, Jenny, 2002, The Arts in Schools: Beyond 2000, Queensland: QSA online http://www.qsa.qld.eduau/yrs1-10/kla/arts/pdf/rp-jalan.pdf, diakses Juni 2003.
Barret, Terry, Criticizing Art: Understanding the Contemporary, Mayfield Publishing Company, Mountain View. California, London, Toronto, 1994.
Bell, Malcom & Biott, Colin, 1997, “Using IT in Clasrooms, Experienced Teachers and Student as Co Learners” dalam Somekh, Bridget dan Davis, Niki,(Ed.), 1997, Using Information Technology Effectively in Teaching and Learning, London and New York: Routledge.
DeFleur, Melvin L. & Dennis, Everette E., 1985, Understanding Mass Communication, Boston: Houghton Miffin Company.
Geisert, Paul G. dan Futrell, Mynga K., Teachers, Computers, and Curriculum, Allyn and Bacon, Boston-London, Toronto, Sydney-Tokyo-Singapore., 1995.
Hertz, Richard, Theories of Contemporary Art, Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey, 1985.
Pelfrey, Robert,& Pelfrey, Marry Hall, 1986 , Art and Mass Media, Los Angeles, Harper and Row.
Murti, Krisna, 2004, “Penampakan Media Baru” makalah seminar Apa Itu Seni Saat Ini?, Bandung: Fakultas Filsafat UNPAR.
Rogers, Everett M., Communication Technology, The New Media in Society, The Free Prees, MC Millan, New York, 1986.
Salisbury, David F., Five Technologies for Educational Change, Englewood Cliff, New Jersey.
Schraam, Wilbur, 1984, Media Besar Media Kecil, Alat dan Teknologi Untuk Pendidikan, (Terj.) Agafur, Semarang: IKIP Semarang Press.
Soeteja, Zakarias S., 2003, “Pengaruh Media Massa dalam Penciptaan Karya Seni Rupa Kontemporer Yogyakarta”, Yogyakarta: Thesis PPs Penciptaan Seni ISI Yogyakarta (tidak di terbitkan)
Sumartono, (et al.), 2000, Outlet,Yogya dalam Peta Seni Rupa Kontemporer Indonesia, Yogyakarta: Yayasan Seni Cemeti.
Uhjana Effendy, Onong, 1992, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Walker, Jhon A., 1994, Art In The Age Of Mass Media, London: Pluto Press.


*) Dr. Zakarias S. Soeteja, S.Pd., M.Sn., staf pengajar di Jurusan Pendidikan Seni Rupa-FPBS dan Program Studi Pendidikan Seni- Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,
Like
ccc

Add to Cart

Kursus Editing Video

Kursus Editing Video

Handy Cam / video camera semakin murah, bisa didapatkan dengan harga mulai 3jtan. Anda pun mulai asyiik men-shooting berbagai acara : Ulang tahun, Pernikahan saudara, Piknik keluarga, Acara kantor, dll 
Persoalan muncul ketika saudara / atasan minta hasil shooting, Anda mulai bingung bagaimana mentransfer data video kedalam DVD, bagaimana mengedit – karena di dalam ada juga hasil shooting peristiwa lain yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan tersebut.

LKP MY Computer memberikan solusi untuk Anda. Kursus Editing Video. Membuat film atau membuat video pernikahan pada dasarnya membutuhkan software video editing. Aplikasi software video yang dipelajari dapat di pilih : Power Director, Pinacle atau Ulead. (default yang dipelajari memakai Adobe Premiere). 
Adobe Premiere adalah salah satu software video editing yang sangat mudah dipelajari. Kualitasnya yang baik menjadikannya sangat fleksibel dipergunakan dalam berbagai kebutuhan. Untuk penanganan lebih detail dan efek-efek khusus. 


Kursus Editing Video 
Materi yang diajarkan :

1.Teori Editing
2. Teknik Capture video
3. Editing
4. Efek Transisi
5. Color Correction
6. Mixing Audio
7. Penggunaan Shortcut dan manajemen file
8. Export import file
9 Mastering DVD

Waktu belajar : 7 x pertemuan @ 3 Jam.

Disarankan : punya komputer dan serius ingin belajar video editing

Apabila setelah kursus masih belum bisa, anda masih bisa konsultasi dan tanya jawab secara gratis.


Like
ccc

Add to Cart

Seni Lukis

Seni Lukis

seni lukis

Pengertian Seni Lukis

Seni lukis merupakan karya seni rupa berwujud dua dimensi yang dalam penciptaannya mengolah unsur titik, garis, bidang, tekstur, warna, gelap-terang, dan lain-lain melalui pertimbangan estetik. Pada karya seni rupa purbakala, objek yang dipilih kebanyakan berupa bentuk manusia, flora, dan fauna. Karya seni lukis tradisional yang terdapat di Nusantara, antara lain lukisan kaca, lukisan di atas kain, lukisan batik, lukisan wayang beber, dan lukisan pada wayang kulit (sungging). Di Sumbawa, tradisi lukisan dari nenek moyang terdapat pada nisan berukir, lukisan pada tiang, dinding rumah, dan sebagainya.
Dengan kata lain Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan.

Sejarah Seni Lukis Indonesia

Perkembangan seni rupa Indonesia khususnya seni lukis tidak banyak diketahui. Hal itu karena karya tulis yang mengupas parjalanan seni rupa masih sedikit dan terbatas pada kalangan akademis. Namun, akhir-akhir ini banyak seniman yang mengupas dan menulis seputar seni dan kesenian di Indonesia, terutama tentang seni lukis.
Secara garis besar perkembangan seni rupa Indonesia meliputi seni prasejarah, sejarah seni Indonesia-Hindu, seni Indonesia-Islam, dan seni Indonesia Modern.

1. Seni Lukis Prasejarah Indonesia

Pada zaman prasejarah, seni lukis memegang peranan penting karena setiap lukisan mempunyai makna dan maksud tertentu. Pada zaman tersebut lukisan dibuat pada dinding-dinding gua dan karang.
Salah satu teknik yang digunakan oleh orang-orang gua untuk melukis di dindingdinding gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu disemprot dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Teknik menyemprot ini dikenal dengan nama aerograph. Media lain yang digunakan untuk membuat lukisan adalah tanah liat. Pewarna yang digunakan berasal dari bahan-bahan alami seperti mineral dan lemak binatang. Pada umumnya tujuan dan tema yang dipilih untuk membuat lukisan-lukisan tersebut adalah magis.
Contoh karya seni lukis yang dihasilkan pada zaman prasejarah dapat dilihat di Gua Leang Pattakere di Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan tersebut menggambarkan adegan perburuan. Selain itu, ada juga lukisan pada dinding-dinding gua di pantai selatan Irian Jaya (Papua). Lukisan yang terdapat di tempat tersebut menggambarkan nenek moyang. Hal yang menarik perhatian pada lukisan yang tersebar di daerah yang amat luas itu adalah siluet tangan yang terdapat di manamana. Cap tangan ini terdapat pula di Sulawesi Selatan, pada lukisan di tebing batu di teluk Sulaeman Seram, di teluk Berau Papua, dan di pulau Arguni dan di kepulauan Kei. Selain motif bayangan tangan, motif yang terdapat di banyak tempat ialah sosok manusia, perahu, matahari, bulan, burung, ikan, kura-kura, manusia, kadal, kaki, dan babi rusa.

2. Seni Lukis Hindu Klasik Indonesia

Setelah zaman prasejarah berakhir, bangsa Indonesia telah memiliki berbagai macam keahlian seperti pembuatan batu besar berbentuk piramida berundak, seni tuang logam, pertanian dan peralatannya, seni pahat, serta pembuatan batik yangdikembangkan dengan penambahan unsur-unsur baru pada waktu masuknya pengaruh Hindu. Zaman ini merupakan babak baru dalam periodisasi kebudayaan di Indonesia dan dapat dikatakan sebagai zaman sejarah karena pada zaman ini telah ditemukan peninggalan berupa tulisan. Hal ini terjadi karena adanya kontak kebudayaan dengan India sekitar abad ke-5 M.
Tema yang umum digunakan pada suatu karya seni pada masa ini antara lain tema agama, mitologi, legenda, dan cerita sejarah. Contohnya lukisan Bali Klasik yang berisi cerita Ramayana dan Mahabharata. Gaya yang dipakai pada pahatan dinding candi zaman Majapahit adalah gaya wayang dengan komposisi bidang mendatar yang padat dan sarat dengan stilasi. Sebutan gaya wayang di sini menunjukkan tanda persamaan dalam stilasi bentuk tokoh cerita wayang kulit dan lukisan Bali Klasik. Warna lukisan terbatas pada warna-warna yang dapat dicapai bahan alami seperti kulit kayu, daun-daunan, tanah, dan jelaga. Lukisan dibuat pada kain memanjang tanpa dipasang pada bingkai rentang sehingga hasilnya menyerupai lukisan gulungan. Seperti juga pahatan dinding candi dan gambar lontar, fungsi dari lukisan Bali Klasik adalah sebagai media pendidikan sesuai dengan ajaran agama atau falsafah hidup zaman Hindu.
Seni lukis di Bali mulai berlangsung ketika kebudayaan Hindu Jawa Timur terdesak oleh kebudayaan Islam. Keberadaan seni lukis yang menyatu dan berakulturasi dengan kebudayaan Hindu menjadi khas dan dikenal oleh berbagai negara hingga kini. Perkembangan seni lukis Hindu-Bali dapat diuraikan dalam tiga bagian, yaitu seni lukis Kamasan, seni lukis Pita Maha, dan seni lukis Seniman Muda.

3. Seni Lukis Islam Indonesia

Seperti pada zaman Hindu, kesenian Islam di Indonesia berpusat di istana. Seorang seniman tugasnya tidak semata-mata menciptakan karya seni, akan tetapi ia juga seorang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan dan filsafat, di samping mengenal cabang seni lainnya. Pada seni Islam, terdapat suatu pantangan untuk melukiskan motif makhluk hidup dalam bentuk realistis. Para seniman melakukan upaya kompromistis dengan kebudayaan sebelumnya. Dalam hal ini toleransi Islam mendukung proses kesinambungan tradisi seni rupa sebelumnya, tetapi dengan nafas baru, seperti hiasan dengan motif stilasi binatang dan manusia dipadukan dengan huruf Arab, baik dalam penerapan elemen estetis pada mesjid, penggarapan seni kriya, lukisan atau kaligrafi. Adapun pembuatan patung, dibuat demikian tersamar sehingga seolah-olah gambaran ini hanya berupa hiasan dedaunan atau flora.
Biasanya lukisan dibuat sebagai hiasan yang menggambarkan cerita-cerita tokoh dalam pewayangan atau lukisan binatang candra sangkala dan tentang riwayat nabi. Adapun bentuk lukisan yang disamarkan seperti lukisan kaca yang berasal dari Cirebon.

4. Seni Lukis Indonesia Baru

Seni lukis Indonesia baru yang berkembang di Indonesia seperti juga kesenian pada umumnya tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa menempatkannya dalam keseluruhan kerangka masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Perkembangan karya seni lukis Indonesia dipengaruhi kuat oleh kekuatan sejarah. Seni lukis Indonesia baru berkembang setelah masa seni lukis Islam. dan seni lukis pada masa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan senirupa indonesia dimana tokohnya seperti Raden Saleh, Affandi, Basuki Abdullah dan kawan-kawan yang sudah saya pernah posting sebelumnya dan bisa anda baca disini.

Macam-macam Seni Lukis berdasarkan tujuan pembuatannya

Dalam membuat sebuah karya seni lukis, para seniman memiliki berbagai macam tujuan dan alasan pembuatan karya tersebut. Tujuan-tujuan yang dipilih oleh para seniman antara lain tujuan religius, magis, simbolis, estetis, komersil, dan ekspresi.

a. Seni Lukis untuk Tujuan Religius

Seorang seniman yang memiliki tujuan religius menjadikan lukisan yang dibuatnya sebagai pengabdian yang ditunjukan kepada Tuhan, nenek moyang, atau para dewa, baik politheisme atau monotheisme. Salah satu bentuk lukisan yang dibuat dengan tujuan religius adalah lukisan pada gua leang-leang di Maros, Sulawesi Selatan.

b. Seni Lukis untuk Tujuan Magis

Seorang seniman yang memiliki tujuan magis menjadikan lukisan yang dibuat untuk mendatangkan magis atau sihir. Lukisan ini bersifat primitif. Akan tetapi, pelukis modern juga banyak yang melukis tema dan motif primitif agar menimbulkan kesan magis. Mereka menganut paham primitivisme. Seniman-seniman yang banyak melukis tema dan motif primitif banyak terdapat di Bali.

c. Seni Lukis sebagai Tujuan Simbolis

Seorang seniman yang memiliki tujuan simbolis melakukan kegiatan melukis untuk melambangkan suatu cita-cita kehidupan pribadi atau kelompok. Misalnya, cita-cita berupa kebahagiaan, kedamaian, kekuatan, dan kehendak positif yang bermanfaat bagi manusia. Contoh lukisan yang dibuat dengan tujuan simbolis adalah lukisan kepahlawanan Pangeran Diponegoro karya Basuki Abdullah.

d. Seni Lukis untuk Tujuan Estetis

Seorang seniman yang memiliki tujuan estetis akan melukis dengan sematamata mengutamakan rasa keindahan saja sehingga lukisannya dapat dinikmati sebagai penghias dekorasi. Contoh lukisan yang memiliki tujuan estetis adalah lukisan pemandangan atau lukisan kegiatan masyarakat.

e. Seni Lukis untuk Tujuan Komersil

Seorang seniman yang memiliki tujuan komersil akan melukis dengan mengutamakan selera pembeli. Contohnya adalah para pelukis di jalan.

f. Seni Lukis untuk Tujuan Ekspresi

Seorang pelukis yang melukis dengan tujuan ekspresi akan melukis untuk mengekspresikan perasaannya sendiri, tanpa melihat unsur-unsur lain. Di sini seniman benar-benar total mencurahkan semua ekspresi dan perasaannya ke dalam sebuah lukisan. Teknik yang dipakai pun beragam dan biasanya seorang seniman ini mempunyai teknik khas tersendiri.

Like
ccc

Add to Cart

Fase Perkembangan Sejarah Senirupa Indonesia

Fase Perkembangan Sejarah Senirupa Indonesia

Fase – Fase Perkembangan Sejarah Senirupa Indonesia

Secara garis besar fase perkembangan sejarah senirupa Indonesia dapat dikategorikan kedalam 7 fase, yaitu : 

1. Masa Perintisan  yaitu sekitar tahun 1817 sampai tahun 1880

Pada masa perintisan ini tokoh yang paling dikenal adalah  Raden Saleh, dengan nama lengkap Raden Saleh Syarif Bustaman Lahir di Terbaya, pada tahun 1814 -1880,  putra keluarga bangsawan pribumi yang mampu melukis gaya atau cara barat, baik dari segi alat, media maupun teknik,  dengan penggambaran yang natural dan

Raden Saleh banyak mendapat bimbingan dari pelukis Belgia Antonio Payen, pelukis Belanda A. Schelfhouf dan C. Kruseman di Den Haag. Dia sering berkeliling dunia dan pernah tinggal di Negara-Negara Eropa.

Ciri-ciri karya lukisan pada masa ini dengan Raden Saleh sebagai pelopornya adalah :

  • Bergaya natural dan romantisme
  • Kuat dalam melukis potret dan binatang
  • Pengaruh romantisme Eropa terutama dari Delacroix.
  • Pengamatan yang sangat baik pada alam maupun binatang   

Beberapa judul Karya Raden Saleh:

  • Hutan terbakar
  • Perkelahian antara hidup dan mati
  • Pangeran Diponegoro
  • Berburu Banteng di Jawa
  • Potret para Bangsawan

Contoh karya-karya masa perintisan


Deanles Karya Raden Saleh
Berburu Rusa - karya Raden  Saleh 



Badai/TheStorm 1851 - Raden Saleh

2. Masa Indonesia Jelita

Selanjutnya muncul pelukis-pelukis muda yang memiliki konsep berbeda dengan masa perintisan, yaitu melukis keindahan dan keelokan alam Indonesia.Keadaan ini ditandai pula dengan datangnya para pelukis luar/barat atau sebagian ada yang menetap dan melukis keindahan alam 
Masa ini dinamakan Indonesia Jelita karena pada masa ini Karya-karya yang dihasilkan para Seniman Lukis lebih banyak menggambarkan tentang keindahan alam, serta lebih banyak menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia. 

Tokoh Pelukis pada Masa Indonesia Jelita ini adalah :

  • Abdullah Suriosubroto (1878-1941) 
  • Mas Pirngadi (1875-1936) 
  • Wakidi  
  • Basuki Abdullah 
  • Henk Ngantung, Lee Man Fong (dll) 
  • Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo Locatelli, Lee Mayer (Jerman) dan W.G. Hofker.

Ciri-ciri lukisan yang dihasilkan yaitu:

  • Pengambilan obyek alam yang indah
  • Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka
  • Kemahiran teknik melukis tidak dibarengi dengan penonjolan nilai spirituil
  • Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia

Contoh karya pada masa ini adalah :

 The Day’s end Mount
Lukisan cat minyak, karya Abdullah SR

 Mountain Landscape karya Wakidi
Cat minyak diatas kanvas, 139.5 x 197 cm

Gunung Merapi, karya Basoeki Abdullah

 Balinese legend,W. Spies

 Village life in Sanur
Willem Gerard Hofker (1902-1981), oil on canvas

Full moon ceremony(1994)
oil on canvas by Arie Smith

3.  Masa Cita Nasional

Masa Cita Nasional yaitu Bangkitnya kesadaran nasional yang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada Tahun 1908. Seniman S. Sudjojono, Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia). Perkumpulan pertama di Jakarta, berupaya mengimbangi lembaga kesenian asing Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak modern. PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya
Hasil karya mereka mencerminkan :
  • Mementingkan nilai-nilai psikologis;
  • Tema perjuangan rakyat ;
  • Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata;
  • Memiliki kepribadian Indonesia ;
  • Didasari oleh semangat dan keberanian;

Karya-karya seni lukis masa PERSAGI antara lain :

  • Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Nirwana, Dalam Taman Nirwana
  • S. Sudjojono: Djongkatan, Didepan Kelambu Terbuka, Mainan, Cap Go meh.
  • Otto Djaya: Penggodaan, Wanita Impian
- Di Depan Kelambu Terbuka,1939, Sudjojono, 86 x 66 cm
- Laki-laki Bali dan Ayam Jago, 1958, Agus Djaja S., 
cat minyak di atas kanvas, 100 x 140 cm

 Kawan - kawan Revolusi
1947  karya S. Sudjojono, cat minyak di atas kanvas, 95 x 149 cm

 Penjual Jamu, karya Otto Djaya Suminta


4.   Masa Pendudukan Jepang

 Masa Pendudukan Jepang
  • Cita PERSAGI masih melekat pada para pelukis, serta menyadari pentingnya seni lukis untuk kepentingan revolusi. 
  • Pemerintah Jepang mendirikan KEIMIN BUNKA SHIDOSO,Lembaga Kesenian Indonesia –Jepang ini pada dasarnya lebih mengarah pada kegiatan propaganda Jepang.
  • Tahun 1943 berdiri PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) oleh Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH Mansur. Tujuannya memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni dan budaya. Khusus dalam seni lukis dikelola oleh S. Sudjojono dan Afandi, selanjutnya bergabung pelukis Hendara, Sudarso, Barli, Wahdi dan sebagainya Hasil karya mereka mencerminkan kelanjutan dari masa cita Nasional

Tokoh utama pada masa ini antara lain:

  • S. Sudjojono
  • Basuki Abdullah, Emiria Surnasa
  • Agus Djajasumita, Barli
  • Affandi, Hendra dan lain-lain 
 Mengungsi, 1947, karya S. Sudjojono, 
cat minyak diatas kanvas, 95 x 149 cm

 Keluarga Pemusik , 1971, karya Hendra Gunawan
cat minyak diatas kanvas, 150 x 90 cm

 Pengemis karya Affandi, 
Cat minyak di atas kanvas, 99 x 129 cm


Kemudian masih ada 3 masa yang terakhir yaitu :
5.  Masa Setelah Kemerdekaan
6.  Masa Pendidikan Formal, dan
7.  Masa Seni Rupa Baru Indonesia
   Namun karena saya sudah lelah mengetik,. Posting ini saya cukupkan dulu sampai disini,. Posting selanjutnya kita lanjutkan untuk hari – hari berikutnya…
Untuk 3 masa diatas silahkan anda baca posting yang berjudul Fase Perkembangan Sejarah Senirupa Indonesia Bagian 2
Like
ccc

Add to Cart

Senirupa Terapan Applied Art

Senirupa Terapan Applied Art

karya Senirupa Terapan

Senirupa Terapan (Applied Art)

sebelumnya blog senirupa sudah membahas tentang apa dan bagaimana itu seni dan senirupa, disitu saya telah menguraikan tentang pembagian senirupa yakni senirupa murni dan senirupa terapan. Senirupa murni saya sudah bahas sebelumnya dan sekarang kita akan membahas tentang seni rupa terapan.

Pengertian

Senirupa Terapan atau biasa disebut dengan istilah Applied Art adalah suatu karya senirupa yang memiliki nilai kegunaan atau fungsional sekaligus memiliki nilai seni. Karya seni rupa ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis atau pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara materi, misalnya furniture, tekstil dan keramik.

Pembagian Karya senirupa Terapan

supaya lebih mudah memahami dan mengerti tentang senirupa terapan, maka senirupa terapan dibagi dalam beberapa kategori seperti kategori menurut fungsinya, wujudnya serta jenis- jenis bentuknya.

Pembagian Senirupa Terapan Berdasarkan fungsi

Karya seni rupa terapan memiliki dua fungsi sebagai berikut.
  1. Pemenuhan kebutuhan yang bersifat praktis (kegunaan), yaitu karya yang fungsi pokoknya sebagai benda pakai, selain juga memiliki nilai hias. Misalnya, perabotan rumah tangga, seperti meja dan kursi, lemari, dan tekstil.
  2. Pemenuhan kebutuhan yang bersifat estetis (keindahan), yaitu fungsi yang semata-mata sebagai benda hias. Misalnya, karya batik atau tenun yang dibuat khusus untuk hiasan dinding dan benda-banda kerajinan untuk penghias ruangan, seperti topeng, patung, dan vas bunga.

Pembagian Senirupa Terapan berdasarkan Wujudnya

Berdasarkan wujud fisiknya, karya seni rupa terapan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
  1. Karya seni rupa terapan dua dimensi (dwimatra) Karya seni rupa terapan dua dimensi, yaitu karya seni rupa yang mempunyai ukuran panjang dan lebar dan hanya bisa dilihat dari satu arah. Misalnya, wayang kulit, tenun, dan batik.
  2. Karya seni rupa terapan tiga dimensi (trimatra) Karya seni rupa terapan tiga dimensi, yaitu karya seni rupa yang dapat dilihat dari segala arah dan memiliki volume (ruang). Misalnya, rumah adat, senjata tradisional seperti rencong dan pedang, serta patung

Pembagian Senirupa Terapan berdasarkan Bentuknya

Karya seni rupa terapan yang terdapat di Indonesia sangat beragam dengan aneka jenis, bentuk, fungsi, dan teknik pembuatannya. Bentuk karya seni rupa terapan tersebut disini kami membaginya dalam empat kategori :
  1. Rumah adat
  2. Senjata Tradisional
  3. Transportasi Tradisional
  4. dan terakhir Seni Kriya
Like
ccc

Add to Cart

Girl Angels from the artist Karol Bak

Girl Angels from the artist Karol Bak

Free Download
Fantasy Art - Girl Angels from the artist Karol Bak
80 Pics | JPG | 850x849 \ 800x800 | 12 MB

download - Mediafire
Like
ccc

Add to Cart

Objek Wisata Pesisir Selatan

Objek Wisata Pesisir Selatan

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Keindahan alam merupakan daya tarik yang tidak ada habis-habisnya untuk dinikmati oleh manusia, ditambah pula akan keunikan tersendiri yang sulit sekali ditemukan pada daerah lain, manusia berinteraksi dan berhubungan dengan alam. Alam merupakan tempat manusia menjalani berbagai aktifitas dalam kehidupan. Manusia banyak belajar dari alam, karena alam memberikan pelajaran penghidupan pada manusia, seiring dengan perjalanan waktu, pengetahuan manusia dalam mempelajari alampun berkembang luas dalam perkembangan kehidupan selanjutnya. Dengan demikian manusia pun dapat mengambil manfaat segala sesuatunya dari alam. Manusia dapat menguasai alam, misalnya dapat mengusahakan suatu daerah atau lahan yang kering dan tandus menjadi subur, di karenakan perkembangan pengetahuan manusia yang sudah mampu mengelola alam tempat tinggalnya.
Alam memiliki keindahan alami dan keunikan tersendiri yang tentu saja manusia menyadarinya. Keindahan alam ini di tiap-tiap daerah ada yang menonjol dan menarik. Keindahan alam ini dapat di kelola di jadikan sebagai suatu objek pariwisata pada tiap-tiap daerah, menjadi sumber devisa baik untuk pendapatan nasional maupun pendapatan daerah itu sendiri.
Hal yang senada dikemukakan oleh Darizal Basir tentang pariwisata Pesisir Selatan yang menyatakan:
1“Kawasan wisata Pesisir Selatan merupakan kawasan pengembangan pertama dari lima kawasan pengembangan untuk menciptakan kamapanan ekonomi masyarakat Pesisir Selatan. Konsep dasarnya pengembangan pariwisata agrotourisme dan wisata pedesaan yang bernuansa nilai-nilai Islami dan budaya Minangkabau, (online), Page 1 (hhtp://www.pesisirselatan.go.id, diakses10 November 2006)

Karena menarik dan luasnya kawasan objek wisata yang terdapat di Pesisir Selatan, maka untuk pengembangannya diperlukan dana yang sangat besar sekali. Seperti diungkapkan oleh Darizal Basir. 2005. “APBD Kabupaten sangat terbatas untuk membiayai pengembangan kawasan tersebut mengingat besar dan luasnya kawasan”. (online) (http://www.pesisirselatan.go.id) diakses 10 November 2006
Oleh karena itu pihaknya mengundang investor seluas-luasnya untuk pengembangan kawasan wisata Pesisir Selatan, yang mana kawasan ini memiliki keindahan dan aksesibilitas yang cukup baik, karena terletak didaerah perbatasan dengan kota Padang, sehingga mudah dijangkau wisatawan dari pelabuhan udara Internasional Minangkabau
Salah satu upaya guna melestarikan kesenian dan kebudayaan adalah dengan menggiatkan kesenian itu sendiri antara lain melalui karya seni lukis. Penulis memilih Pesisir Selatan sebagai daerah objek karya penulisan dikarenakan yaitu:
1. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri dan keunikan masing – masing, begitu juga dengan Pesisir Selatan. Seperti yang dikatatakan pepatah lain lubuk lain ikannya, lain padang lain ilalangnya. Pesisir Selatan mempunyai objek-objek wisata terbentang, mulai dari arah timur sampai ke barat, objek tersebut antara lain: pulau cubadak, pulau cingkuak, pulau pagang, pulau penyu, pulau bintangor, pulau taraju, pantai sikulo, pantai carocok, pantai batu kalang, carocok tarusan, pantai ketaping, pantai teluk kasai, pantai teluk tempurung, pantai pasir putih, pantai sumedang, pantai muaro air haji, pantai muaro gadang, pantai nyiur melambai, jembatan akar, mandeh resort, gua ular, lubuk batu nona, air terjun bayang sani, air terjun timbulun indah, air terjun pelangai gadang, pulau pagang, batu kalang mandeh, rumah gadang mande rubiah, panorama selayang pandang. dan masih banyak yang lainnya.
2. Pesisir Selatan merupakan kabupaten yang besar dan luas sekali wilayahnya, seluas 574.989 ha membentang dari utara ke selatan pantai barat Pulau Sumatera dengan garis pantai sepanjang 218 km.
Secara geografis kabupaten yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 413.653 jiwa ini sebelah utara berbatasan dengan Kota Padang, sebelah selatan dengan Provinsi Bengkulu, sebelah timur dengan Kabupaten Solok dan Provinsi Jambi, dan sebelah barat dengan Samudarea Indonesia
Mengenai tempat wisata yang ada di pesisir selatan, wisatawan yang mengunjungi salah satu objek wisata di Pesisir Selatan yaitunya Cools (paradisovillage.com. 2006) menjelaskan “Pulau Cubadak adalah syorga. Disini sangat nyaman bagi yang ingin beristirahat dengan tenang.
Jika Mentawai adalah surga bagi para peselancar, maka cubadak adalah surga para penyelam, karena dasar laut yang mengelilingi pulau ini ditumbuhi terumbu-terumbu karang yang indah dan dan ikan hias warna warni.
Diantara wisatawan Eropa lainya, Orang Jerman termasuk yang cukup antusias berkunjung kepulau yang dijuluki Paradiso Village ini. Putra (dalam situs www.tempointeraktif.com diakses 10 Januari 2007) menuliskan “Semua itu tak lepas dari promosi gencar dari sejumlah media di Jerman tujuh tahun yang lalu. Saat itu, satu tim TV Bavarian datang ke Cubadak untuk menggarap sebuah film dokumenter”.
Promosi diatas menjelaskan bahwa dengan mempromosikan suatu objek wisata baik itu melalui media elektronik maupun media cetak akan meningkatkan jumlah pengunjung untuk mengunjungi objek wisata. Sejumlah media cetak juga akan mampu meningkatkan pariwisata suatu daerah, karena pada umumnya wisatawan menanyakan bagaimana perjalan ke objek wisata, sebab selama ini wisatawan hanya mengenal objek wisata yang sudah dikenal pada umumnya. Seperti yang diungkapkan Putra (dalam situs www.tempointeraktif.com 2007) mengatakan “Sejumlah media cetak menulis artikel panjang soal Paradise Village. Majalah Wanita Bil de Rau, memuat tulisan “Pulau tersenyap di dunia”. Dan koran Munchener Aheadpast menulis “Bagaimana mencapai Pulau Cubadak”.”
Cubadak merupakan salah satu dari puluhan pulau kecil di lepas pantai Sumatera Barat, masih banyak pulau kecil yang berpotensi besar dikawasan ini, seperti pulau sipagang, paumpahan, pulau penyu, pulau Garabak Ketek dan lain-lain. Pulau penyu merupakan salah satu pulau kecil sebagai konservasi penyu. Dinas Kelautan Dan Perikanan (DKP) Sumbar memperluas perlindungan dan pengembangbiakan binatang laut yang mulai langka di dunia, dan baru ditetapkan dua pulau yaitu pulau garabak ketek dan pulau penyu. Seperti yang diungkapkan Yosmeri (dalam situs kompas.com diakses 10 Januari 2007) ia menjelaskan “Penetapan pulau kecil didaerah sebagai kawasan konservasi harus berdasarkan penetapan pemerintah pusat dan dibiayai dana APBN serta saat ini Sumbar menjadi satu dari 15 Propinsi konservasi penyu.
Atas penetapan itu, di Pesisir Selatan dilakukan konservasi pada dua pulau kecil yaitu pulau garabak ketek dan pulau penyu. Pulau yang menjadi konservasi tersebut dibuka menjadi objek wisata penyu bertelur untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Objek yang sama juga terdapat di Malaysia, dengan tarif sekitar Rp. 3 juta per orang untuk sekali melihat penyu bertelur, dan di Amerika Serikat dengan tarif Rp 6 juta per orang. Harry (dalam situs www.wisatanet.com diakses 30 Desember 2007)
Hal yang serupa juga telah dilakukan di pulau Benoa, Bali. Seperti yang ditulis Harry dalam situs www.wisatanet.com (30 Desember 2007) mengatakan “di Bali objek wisata itu sangat diminati, dengan tarif masuk cukup mahal Rp. 500 ribu per orang untuk sekali melihat penyu bertelur”.
Dari sekian banyaknya potensi yang diuraikan diatas, semua potensi terdapat di Pesisir Selatan, alangkah besarnya potensi yang ada di Pesisir Selatan yang semestinya di ketahui masyarakat. Penulis mencoba mempromosikan objek wisata Pesisir Selatan melalui karya seni berbentuk lukisan yang sesuai dengan disiplin ilmu penulis, dan sebagai penambah media promosi objek wisata, karena belum terlihat banyaknya media berbentuk lukisan dalam mempromosikan objek wisata Pesisir Selatan
Penulis juga berharap dengan adanya karya lukisan ini, dapat kiranya sebagai pemicu investor untuk ikut berperan mengembangkan objek wisata Pesisir Selatan. Dengan demikian secara tidak langsung akan bisa menambah devisa bagi pemerintahan daerah Pesisir Selatan.
Penulis sebagai asli putera Pesisir Selatan merasa terpanggil untuk ikut andil dalam mempromosikan potensi daerah, untuk itu penulis melukiskan beberapa objek wisata yang terdapat di Pesisir Selatan dengan judul “Objek Wisata Pesisir Selatan dalam Karya Lukis Corak Realis”..

B. Tujuan berkarya
Adapun tujuan penulis membuat karya ini adalah sebagai berikut:
1. Mengangkat objek-objek wisata alam yang ada di Pesisir Selatan sebagai sumber ide dalam karya lukis.
2. Meningkatkan pengetahuan dalam kreatifitas berkarya seni lukis dengan mengacu kepada corak realis
3. Menambah wawasan dalam proses penciptaan berkarya
4. Meningkatkan kepekaan berekspresi dalam bentuk seni lukis
6.. Dapat menampilkan karya seni lukis secara utuh, sehingga dapat dinikmati oleh orang lain.



BAB II
STUDI LITERATUR

A. Teori Umum
1. Seni
Istilah seni dalam bahasa Latin disebut “ars” yang diartikan sebagai teknik (craftsmanship), ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu. Istilah “ars” kemudian berkembang menjadi “l,’arte” (Italia), “el arte” (Spanyol), dan “art” (Inggris).Di Eropa ada juga istilah-istilah yang lain. Orang Jerman menyebut “die kunts”, atau “kunts” (Belanda) yang berasal dari akar kata yang lain walaupun dengan pengertian yang sama. Dalam Encyclopedia Britanica disebutkan bahwa pada umumnya yang disebut seni (art, ars, kunts, techne) adalah keterampilan dan kemampuan (skill and ability) yang diperoleh lewat kerja praktek yang teratur dan diarahkan pada tujuan tertentu, apakah itu estetik, etik, ataupun yang praktis (useful). Dilihat dari perkembangan sejarah, manusia tidak dapat lepas dari seni, karena seni tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia yang disebut sebagai salah satu hasil dari kebudayaan, kebudayaan merupakan hasil dari pemikiran, aktifitas dan segala hasil karya yang tercipta dari pemikiran tersebut.
7Beberapa ahli mempunyai beragam pendapat, pendapat-pendapat tersebut antara lain: Sujoko dalam Rasdjoyo (1997:2) menyatakan “seni mempunyai cakupan yang luas, seni adalah kemahiran membuat dan melakukan suatu yang dipakai perangsang atau pengalaman estetik, yang memuaskan” sedangkan menurut Dewantara dalam Rasdjoyo (1997:2) “seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya yang bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa dan perasaan manusia”.
Seni adalah aktifitas batin dan pengalaman estetik yang di tuangkan ke dalam media atau alat-alat yang dipakai dalam penciptaan karya seni, hal ini juga dijelaskan oleh Bustami dalam Rasjoyo (1995:2) bahwa:
Seni adalah aktifitas batin dan pengalaman estetik yang dinyatakan dalam bentuk agung yang mempunyai daya membangkitikan rasa takjub dan haru. Bentuk yang agung merupakan pengejawantahan pribadi kreatif yang telah matang dan masak. Sedangkan haru adalah getaran emosi yang terjadi karena adanya ransangan yang kuat dari sesuatu yang agung.

Melihat pendapat yang dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa seni merupakan hasil kebudayaan dan hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang dituangkan dalam sebuah karya yang memiliki nilai keindahan sehingga dapat menggugah perasaan penikmatnya lewat karya seni yang diciptakan.

2. Seni Lukis
Seni lukis merupakan cabang dari ilmu seni rupa yang sudah berkembang dari zaman prasejarah, bukti-bukti adanya penerapan seni lukis pada zaman ini adalah dengan ditemukanya lukisan atau gambar-gambar pada dinding goa, yang lebih menitik beratkan fungsinya sebagai kebutuhan rohani yang bersifat religius.
Secara historis, seni lukis terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah membuat gambar pada dinding-dinding goa untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka
Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan karena lukisan atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti kapur, arang atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna.
Lukisan kebanyakan dibuat diatas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Sifat ini disebut juga dengan dwi matra (dua dimensi, dimensi datar)
Di dalam perkembangannya manusia yang mengerti akan kesenian selalu berusaha mengembangkan seni, terutama seni lukis, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas seni itu sangat ditentukan oleh perkembangan masyarakat pendukungnya. Ditengah masyarakat yang berwawasan luas, akan muncul karya-karya seni yang bermutu tinggi.
Dalam proses penciptaan karya ada beberapa aspek dalam tuntunannya yaitu:
a. Kreatifitas dalam Berkarya
Dalam proses berkesenian unsur kreatifitas adalah sebagai modal dasar, karena banyak hal yang dapat di ungkapkan hingga mewujudkan menjadi suatu karya seni yang membawa nilai estetis atas ungkapan ekspresi pribadi.
Kreatifitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau berkreasi dengan mencobakan dan menggabungkan pengetahuan yang dimiliki dengan cara baru.
Selanjutnya Roger (dalam Mudjiran, 2007:76) menyatakan bahwa: ada tiga kondisi dari pribadi kreatif.
1. Keterbukaan terhadap pengalaman
2. Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang
3. Kemampuan untuk bereksperimen, untuk bermain dengan konsep-konsep

Menurut Munandar (dalam Mudjiran, 2007:77) menyatakan bahwa “perilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berfikir kreatif (kognitif), tetapi juga memerlukan adanya sikap kreatif (afektif), pada saat sikap kreatif dioperasionalkan”
Dalam proses belajar kreatifitas mahasiswa terlibat langsung dengan sesuatu yang berarti, mendalami bahan yang dipelajari dan mencari alternatif jawaban dan pada akhirnya menemukan konsep yang sedang dipelajari
Dari konsep teori diatas, jelas bahwa kreatiifitas merupakan bahagian yang penting dalam pendidikan seni umumnya, dan pada seni rupa khususnya.
Berikut ini merupakan contoh sederhana dari proses penciptaan sebuah karya seni lukis; seorang seniman ingin melukis sebuah lukisan yang bercorak realis, dengan melibatkan objek atau ada kegiatan aktifitas manusia di dalam lukisan tersebut, contoh aktifitas manusia disebuah pasar.
Seniman lalu melihat-lihat dan mengamati sebuah pasar berikut dengan kegiatan yang sedang terjadi pada pasar tersebut, supaya lebih terfokus karena mengingat otak manusia terbatas dalam mengingat dan mengamati sebuah kejadian yang sedang berlangsung, ia memotret aktifitas pasar tersebut, mengambil bagian-bagian objek yang ia rasa penting. Lalu setelah selesai, seniman memikirkan, atau mencoba menggabungkan objek-objek tersebut dengan pengetahuan yang dimilikinya. Membuat sebuah lukisan bercorak realis dengan objek-objek yang diinginkan, digabung dengan aktifitas manusia yang ada tadi.
Namun disini seniman mengubah sedikit bagian-bagian tertentu yang ia rasa tidak diinginkan ada atau hadir pada lukisannya. Pengubahan disini oleh seniman dimaksudkan untuk menampilkan hasil jadi lukisan tersebut dengan bentuk baru yang diinginkannya. Pengubahan inilah yang secara sederhana disebut sebagai proses berkreatifitas.
b. Nilai Estetis
Secara umum estetis berarti indah, dalam kajiannya secara teoritis terutama di bidang seni berarti sesuatu pada karya seni yang memiliki nilai keindahan. Dilihat secara luas ada teori-teori yang berkaitan dengan nilai estetika ini dikarenakan penerapan penilaian-penerapan nilai estetika yang setiap masing-masing individu manusia agak berbeda.
Dalam sejarah pemikiran manusia sejak zaman kuno sampai modern orang selalu memperbincangkan tentang estetika (keindahan). Hal ini tejadi karena pada umumnya orang mendambakan segala sesuatu yang indah. Seperti misalnya gedung yang indah, perhiasan yang indah, dan pakaian yang indah. Keindahan biasanya dikaitkan dengan penikmatan kesenangan. Keindahan memberikan kepada orang suatu persaan senang atau pengalaman yang menyenangkan.
Banyak sekali pengertian yang telah diberikan para ahli mengenai estetika salah satunya menurut pandangan Jhonson dalam Gie (1996:14) yang mengatakan “keindahan adalah kumpulan ketertiban atau perimbangan dari bagian-bagian yang menyenangkan mata.” Selanjutnya menurut Newton dalam Gie (1996:15) mengatakan “keindahan adalah segi dari gejala-gejala yang ketika di serap oleh indera dan selanjutnya diteruskan kepada daya pemikiran dari pencerapan itu, mempunyai kekuatan membangkitkan tanggapan-tanggapan yang diambil dari pengalamannya yang terkumpul”.
Dari beberapa pengertian tentang estetik atau keindahan tersebut, pada dasarnya adalah sama, yaitu mengacu kepada hal-hal yang menyangkut persoalan keindahan, baik sebagai obyek yang dapat disimak dari karya-karya seni itu sendiri maupun dari subyeknya atau penciptanya dalam berhubungan dengan proses kreatif dan filosofnya.

B. Teori Khusus
Seni lukis sudah dikenal sejak zaman purba dahulu kala. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya peninggalan di Seine (Prancis), yang kira-kira dibuat pada masa mesolithikum dan beberapa tempat lainnya di belahan dunia. Di Indonesia bukti tersebut dapat di temui di gua Leang-leang Sulawesi pada masa yang sama. Selanjutnya seni lukis terus berkembang sesuai dengan perkembangan dan kemajuan budaya manusia. Ini dapat dilihat banyaknya macam ragam bahan dan alat- alat yang digunakan untuk melukis.
Dalam seni lukis ada beberapa aliran, corak atau gaya, yang banyak dan beragam, masing-masing corak memiliki karakteristik sesuai dengan perjalanan sejarahnya. Dalam id.wikipedia.org (diakses 10 Desember 2007) menjelaskan:
Aliran adalah merupakan faham atau isme yang lebih menyangkut pandangan atau prinsip yang lebih dalam sifatnya dari suatu karya seni rupa, dan aliran tidak hanya ditentukan oleh bentuk fisik (visual) karya seni. Aliran lebih cendrung berarti faham, pendapat, haluan yang bersifat politik-ideologis, mengacu pada pandangan hidup
Adapun macam-macam aliran antara lain, Realis, Surrealisme, Romantis, Naturalis, Impresionis dan lain-lain.
Realisme diartikan sebagai suatu gaya hidup yang pernah berkembang di Eropah pada bagian akhir tahun 1980an, dimana segala sesuatu diungkapkan apa adanya, tanpa perlu disisipkan pesan tersembunyi seperti dalam lukisan romantisme yang dibuat jadi lebih indah, lebih heroik.
Pada lukisan realisme mengambarkan kehidupan sehari-hari seniman dan cenderung mengeluarkan tema kehidupan. Tokoh aliran ini Gustave Courbet, Jean Francois.
Aliran Naturalis karya-karya seni lukis mempunyai konsep, bahwa seni lukis yang baik adalah seni lukis yang sama persis secara visual dengan benda-benda yang dilukisnya, jadi bersifat fotografis.
Aliran Impresionis karya-karya seni lukis ini memakai efek-efek cahaya yang jadi warna terdapat dalam suatu benda. Tokoh-tokoh aliran ini Claude Monet, Vincent van Gogh.
Romantisme, lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya.

Dari banyaknya aliran, ada beberapa aliran yang sering tertukar dengan realisme, dalam hal kemiripan, adalah romantisme, naturalisme, dan impresionisme, Romantisme memberi banyak sentuhan keagungan yaitunya keindahan yang berkebihan, naturalisme memfokuskan kepada benda-benda alam, sementara impresionisme mempertahankan kesan sesaat.
Singkatnya kita tidak bisa mengadili gaya suatu lukisan dari kemiripannya dengan benda asli, yang dinilai dalam menentukan gaya suatu lukisan adalah semangtanya, bukan teknik menirunya.
1. Tinjauan Seni Lukis Realis
Kata realis sangat atau berhubungan dengan realitas. Realitas berasal dari bahasa Inggris, reality, yang berarti kenyataan. Dalam hal ini realitas berarti hal – hal yang menyangkut kenyataan.
Dalam seni rupa, khususnya pada karya seni lukis, realitas menjadi suatu bentuk aliran yaitu realis (realisme), aliran yang diartikan sebagai karya seni rupa yang menampilkan kenyataan apa adanya tanpa adanya distorsi atau penyimpangan terhadap objek tersebut. Pada masa awal berdirinya aliran lukisan realisme ini, di negara-negara Eropa ini merupakan suatu bentuk protes terhadap aliran romantisme yang bercorak atau bergaya melebih-lebihkan kenyataan. Ini dikarenakan objek-objek lukisan pada waktu itu cendrung berkisar pada kehidupan-kehidupan di dalam lingkungan istana saja, sedangkan figur-figur rakyat biasa jarang dijadikan objek lukisan.
Ini sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Rahardjo (1986:131) menyebutkan:
Bahwa seni lukis realis, dasar penciptaan mempergunakan indra mata (penglihatan) dengan kesadaran pengamatan atas bentuk sehingga menggambarkan kenyataan yang seharusnya tidak dibuat-buat. Kaum realis memandang dunia dan isinya tanpa ilusi, mereka memanfaatkan penglihatan dan penghayatannya langsung kepada objeknya untuk menemukan dunia ini. Kaum realis ingin menghasilkan karya yang nyata, menggambarkan sesuatu yang kasat mata.

Setelah melihat, membaca dan memahami teori – teori yang ada tentang seni lukis beserta pendapat – pendapat dari beberapa tokoh – tokoh seni lukis realis maka penulis menyimpulkan bahwa seni lukis realis adalah seni lukis yang bercorak tema yang menampilkan keadaan yang benar – benar terjadi dan nyata terdapat dalam kehidupan sehari – hari, yang mengedepankan kehidupan dengan segala aktifitas yang nyata dan konkrit.
2. Objek Dalam Seni Lukis
Objek adalah merupakan sesuatu yang dijadikan fokus utama terhadap apa yang akan jadi tujuan. Objek memiliki peran yang amat penting dalam mewujudkan diatas kanvas, karena itu dalam seni lukis realis faktor indra mata mesti jeli dalam menangkap objek-objek dalam seni lukis terutama yang mengacu kepada kedekatan wujud merupakan hal yang konkrit. Sebab objek seolah-olah pindah keatas permukaan kanvas.
Seperti halnya lukisan potret, selain pandai dalam melukis secara realis, pelukis potret juga harus menguasai teknik-teknik melukis seperti arsir, garis, warna serta memhami anatomi wajah, seperti diungkapkan Sardjiwo (dalam figurpublik.com 2007) yang menjelaskan “seorang pelukis itu harus dapat membuat lukisan itu mirip dengan subjeknya”
Dengan demikian dapat disimpulkan objek yang akan dilukis merupakan subjek yang akan kita pindahkan kemedia kanvas
3. Karakteristik Seni Lukis
Di dalam seni lukis ada karakter-karakter yang membedakan satu dengan lainnya. Karakter merupakan bentuk dan tampilan dari seni lukis itu sendiri. Dalam karya akhir ini karakteristik lukisan yang dibuat adalah objek yang dilukis yang didapat dari pemotretan tempat objek wisata tersebut ditonjolkan senyata-nyatanya sesuai dengan apa yang terlihat, baik bentuk maupun warna. Lukisan dihadirkan dengan seadanya. Karakteristik lainnya yaitu dalam pelukisan, lebih memfokuskan kepada kecermatan mata melihat, sehingga yang muncul keatas kanvas apa yang dilihat pada objek itulah adanya. Dalam karakter ini walaupun menghadirkan sesuai dengan yang terlihat dan ditampilkan seadanya tapi tidak melupakan unsur-unsur seni rupa, yaitu garis, bentuk, ruang, tekstur dan warna
BAB III
KONSEP BERKARYA


A. Tema Karya

Tema yang diangkat dalam tugas akhir ini yaitu objek wisata alam yang ada di Pesisir Selatan, yang ditampilkan dalam bentuk corak lukisan yang bergaya realis yaitu menggunakan objek lukis benda dan alam,di sertai dengan beberapa figur manusia yang ada di tempat objek wisata tersebut, diwujudkan dan didasarkan kecermatan mata yang menggambarkan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

B. Konsep Berkarya
Berdasarkan dari tema karya, maka konsep dasar pembuatan karya lukis ini adalah:
Keindahan alam yang terbentang menjadi ide dan inspirasi bagi penulis
Keindahan alam ini lebih menonjol pada tempat-tempat tertentu yaitu adalah tempat objek wisata, terutama objek wisata alam
17Keindahan alam ini perlu dijaga dan dilestarikan, karena itu sebagai wujud kepedulian dalam menjaga alam agar tetap lestari maka salah satu cara, penulis membuat objek lukisan tempat-tempat objek wisata alam yang ada di Pesisir Selatan, dan sebagai mahasiswa seni rupa yang ingin mewujudkan tugas akhir dalam bentuk lukisan sebagai salah satu aplikasi dari ilmu-ilmu kesenian khususnya ilmu seni rupa yang didapat dan dipelajari.
Adapun objek wisata alam yang akan dibuat dalam bentuk karya lukis ini adalah:
1. Jembatan Akar
2. Pulau Cubadak
3. Carocok Painan
4. Panorama Langkisau
5. Timbulun Indah
6. Pulau Garabak Ketek
7. Air Terjun Bayang Sani
8. Kawasan Mandeh
9. Pasir Putih Kambang
10. Istana Mande Rubiah
Penulis memilih objek-objek tersebut dari beberapa buah objek wisata yang mana mempunyai keunikan tersendiri, pencarian data yang tidak terlalu sulit, lokasi objek yang mudah didatangi atau dicapai untuk dikunjungi dan objek wisata yang paling sering dikunjungi

C. Medium / Bahan dan Alat
Adapun sebagai alat media dari tugas karya akhir dalam lukisan ini adalah antara lain
1. Pemotretan tempat – tempat objek wisata yang dipilih, diteruskan dengan pembuatan beberapa sketsa – sketsa tempat objek tersebut.
2. Kanvas.
Kanvas adalah media atau tempat pelukis membuat lukisan yang terdiri dari bahan-bahan antara lain; kain, potongan kayu sebagai rangka sekaligus tempat meregangkan kain, beberapa buah paku, lem kayu, cat dasar berwarna putih untuk melapisi permukaan kain yang sebelumnya telah dicampur dan diaduk dengan lem kayu sesuai dengan perbandingan tertentu. Proses pelapisan ini sebaiknya dilakukan lebih dari 1 kali agar permukaan dari pori – pori kain tertutup merata.
3. Cat Minyak
Pada saat sekarang telah banyak ditemukan bermacam ragam jenis cat yang dapat dipakai untuk melukis dan menggambar seperti: cat minyak, cat akrilik, tempera, cat air, cat poster dan lain – lain. Adapun bahan cat yang di gunakan oleh penulis adalah bahan cat minyak dengan merk Winton dan Maries.
4. Minyak Cat
Untuk pengencer cat dan pengeras, dipakai oleh pelukis bahan minyak yang berasal dari minyak linseed oil. Minyak ini dihasilkan dari ekstrak biji rami, semacam tumbuhan rawa. Minyak ini sudah lama dipakai sebagai campuran minyak cat. Minyak cat umumnya dijual dalam bentuk botol, besar dan kecil dengan bermacam merek buatan yang beredar. Pelukis umumnya menambahkan banyak minyak dan pelarut lainnya untuk memodifikasi cat, agar mudah, konsisten dan berkelanjutan mencampur berbagai warna.
5. Kuas.
Kuas merupakan alat yang digunakan untuk melukis, dengan menggores atau menyapukan pigmen- pigmen warna cat keatas permukaan kanvas. Dalam melukis karya akhir penulis menggunakan kuas merk Canli dan Eterna, mulai dari nomor 1 sampai nomor 11 juga merk YipinXUAN dan Corona yang digunakan untuk finishing
6. Palet
Palet merupakan tempat untuk mengaduk cat minyak dengan minyak cat yang akan digunakan untuk melukis, penulis memilih palet yang terbuat dari bahan triplek.dan plastik

D. Konteks Karya
Adapun konteks atau keterkaitannya pada bidang lain yaitu sangat berkaitan dengan bidang kepariwisataan. Salah satu cara menggalakkan bidang kepariwisataan dengan cara memberdayakannya, melestarikan dengan kata lain memperkenalkan objek-objek wisata yang ada di daerah, maka penulis sebagai mahasiswa jurusan Seni Rupa yang sedikit banyak bisa membuat karya, terutama bidang seni lukis, sekurang-kurangnya mampu membuat lukisan yang bertemakan objek wisata tersebut, memperlihatkannya pada sebuah pameran, diharapkan minimal sebagai salah satu daya tarik bagi orang – orang luar daerah yang datang melihatnya.

E. Program
Karya lukis dikerjakan berjumlah sepuluh buah yang menggunakan bahan cat minyak yang mana waktu pengerjaan karya ini satu semester. Adapun program pengerjaan yang dilakukan dalam pembuatan karya ini, dapat dilihat pada tabel berikut:


Pemilihan dan penetapan objek wisataDiagram Proses Pembuatan Karya

Pengamatan
Konsultasi
Pembimbing I / II


Finishing
Pengerjaan
Pemotretan
Sketsa berdasarkan hasil photo










Pameran
Keterangan
1. Pemilihan dan penetapan objek wisata
Pada langkah ini penulis mencari data-data dan sumber- sumber tentang objek-objek wisata yang ada di Pesisir Selatan, lalu memilih dan menetapkan objek wisata wisata tertentu yang sesuai berdasarkan judul penulisan karya.
2. Pengamatan
Pada langkah ini penulis mendatangi lokasi-lokasi dan objek wisata yang telah di pilih dan di tetapkan, mengamati tempat tersebut, mencari angel (sudut pandang) yang baik menetapkan posisi dan bentuk secara keseluruhan objek dalam lukisan.
3. Pemotretan
Pada langkah ini penulis melakukan pemotretan di tempat-tempat objek wisata tersebut, dengan memilih suasananya, pagi hari maupun siang hari.
4. Sketsa berdasarkan hasil foto
Pada langkah ini penulis membuat beberapa sketsa dari objek wisata yang nantinya di pilih dan di wujudkan dalam karya seutuhnya.
5. Konsultasi
Pada langkah ini penulis mengkonsultasikan pada masing-masing dosen pembimbing tentang laporan dan karya lukisan yang di kerjakan.
6. Pengerjaan
Pada langkah ini penulis mulai mengerjakan karya lukisan sesuai dengan data-data yang ada dan di konsultasikan kembali pada dosen pembimbing.
7. Finishing
Pada langkah ini penulis memperbaiki bagian-bagian dari lukisan yang di rasa ada kekurangan melalui bimbingan dan konsultasi dengan dosen pembimbing, kemudian melakukan pembingkaian dan selanjutnya siap di pamerankan.
Pameran
Pada tahap ini adalah tahap penutup, yang mana diadakan pameran dan ujian komprehensip
BAB IV
KARYA DAN PEMBAHASAN



A. Uraian Karya Secara Umum

Terinspirasi oleh kegiatan penulis membuat film dokumenter, karya lukis inipun disuguh dengan objek wisata yang berasal dari Pesisir Selatan. Semua objek yang hadir dalam karya penulis dikemas sesuai dengan dengan keadaan sekarang ini dan menjadi gagasan penulis dalam berkarya. Karena itu karya penulis memiliki ukuran yang berbeda-beda (Tergantung dari keadaan objek wisata).
Di dalam beberapa karya penulis menggambarkan suasana objek wisata mulai dari yang sudah dikenal sampai pada objek yang belum dbegitu dikenal oleh masyarakat umum
Karya akhir ini merupakan pengembangan dari ilmu yang telah dipelajari dan pengalaman dari pengamatan kehidupan lingkungan penulis. Semua data diperoleh setelah melakukan pengamatan dan observasi terhadap berbagai macam objek wisata Pesisir Selatan.
Karya ini diwujudkan dalam bentuk karya seni lukis dengan memperhatikan unsur-unsur seni rupa dan tentu saja dengan pertimbangan estetika yang telah penulis peroleh selama perjalanan penulis dalam berkarya.
23Berdasarkan dari keinginan penulis maka diambillah objek wisata alam Pesisir Selatan sebagai objek dalam karya ini, dengan mencoba mengungkapkan ide dan ekspresinya melalui karya seni lukis dengan mengangkat masalah mengenai keindahan, keunikan, objek wisata di lingkungan penulis
Hasil dari karya seni lukis ini diharapkan bisa meningkatkan minat masyarakat yang masih kurang memahami dan mengenal seni lukis ini secara jelas dan menarik minat para seniman lukis itu sendiri supaya berkarya lebih banyak lagi.
Pembuatan karya ini terjadi dari proses tertentu berupa ide, pikiran, perasaan, dan pengalaman dari diri seniman itu sendiri dengan mengamati objek baik secara langsung melalui media elektronik, buku-buku yang berkaitan dengan objek wisata. Sesuai dengan hal ini maka penulis akan membahas lebih lanjut mengenai hasil karya ini secara satu persatu. Dimana karya ini diberi judul dengan memperhatikan lokasi objek wisata berada
Dari setiap karya yang ada mempunyai ungkapan ekspresi yang berbeda antara karya yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan tema dan judul dari masing-masing karya dalam pembuatan karya seni lukis ini. Jadi untuk mengetahui ide dan makna yang terdapat dari masing-masing karya seni lukis ini, maka penulis akan menjelaskannya sesuai dengan judul dari masing-masing karya ini.
Untuk lebih jelasnya maka penulis akan menjelaskan satu persatu deskripsi dari tugas akhir ini. Adapun corak atau gaya yang dipakai adalah realis, dikarenakan penulis mengungkapkan karya sesuai dengan konsep secara realita atau nyata, maka penulis memakai bentuk corak tersebut agar sesuai dengan ide dan teori yang didapat oleh penulis.



B. Pembahasan Karya
1. Jembatan Akar
Jembatan Akar merupakan salah satu objek wisata paling unik di Sumatera Barat. Jembatan hidup yang melintasi sungai Bayang terbuat dari akar dua pohon beringin yang saling bertautan.










Karya 1.
Judul karya : Jembatan Akar
Ukuran : 130 x 80 cm
Media : Cat minyak diatas kanvas
Tahun : 2007

a. Data Geografis Jembatan Akar

Objek wisata Jembatan Akar ini berlokasi di Pesisir Selatan, bertempat di bayang kecamatan Pasar baru, panjang jembatan akar ini lebih kurang 15 meter dan mempunyai lebar 2 meter dan ketinggian dari sungai lebih kurang 5 meter
b. Pembahasan Karya

Lukisan ini merupakan lukisan yang pertama penulis garap diantara sepuluh karya yang penulis buat, dan penulis memberi judul “Jembatan Akar”
Jembatan akar adalah salah satu objek wisata yang paling unik diantara objek wisata lainnya, pada lukisan dapat kita lihat beberapa orang pengunjung yang sedang menyeberangi sungai menggunakan jembatan akar. Akar pohon ini berasal dari dua batang pohon beringin, dapat kita lihat banyaknya akar pohon saling bertautan satu dengan lainnya.
Walaupun hanya berupa akar pohon tapi persatuan dan kesatuannya, patut diacungi jempol, mereka (akar pohon beringin) sangat berjasa dalam membantu masyarakat setempat (desa mande) menyeberangi sungai bayang sani, konon jembatan ini di desain oleh seorang tokoh ulama yang bernama Pakih Sokan pada tahun 1990 an.
Berbeda dengan jembatan pada umumnya yang semakin lama semakin lemah, tetapi lain hal nya dengan jembatan akar, dengan bertambah usianya pohon beringin semakin bertambah kokoh, ini dapat kita perhatikan pada lukisan, ada delapan orang pengunjung yang sedang menyeberangi jembatan, ini menandakan betapa kuat dan kokohnya akar pohon ini dalam menahan beban.
Arah pencahayaan lukisan berasal dari sebelah kanan, ini dapat kita lihat arah cahaya matahari yang melewati pohon beringin, air dibawah jembatan kelihatan lebih terang dengan penekanan cahaya menggunakan kesan warna kuning keputihan dengan sapuan kuas tipis yang seolah menyisip disela dedaunan
Objek lukisan yang dibuat sesuai dengan pengolahan unsur-unsur yang terdapat di dalam lukisan ditambah dengan penerapan elemen terang gelapnya warna. Seperti terlihat pada pohon beringin yang mana pohon yang tertimpa cahaya terlihat terang, sebaliknya pohon yang terlindung dari cahaya terlihat gelap. Untuk penggunaan warna, pada dasarnya hasil dari pengolahan warna pokok seperti, merah, biru, kuning dan ditambah putih sebagai penetralisir suasana objek lukisan.
Penempatan objek utama luikisan ini adalah menempatkan objek jembatan dengan posisi diagonal agar terlihat lebih artistik. Untuk penekanan unsur estetisnya, objek dilukiskan dengan teori komposisi asimetris yang harmonis, terlihat pada pembuatan dan penggunaan warna, pada bebatuan sebelah kiri dan kanan, ditambah dengan adanya pondok berjualan yang ada disebelah kanan, dan diperkuat dengan objek orang yang berjalan di jembatan.

2. Pulau Cubadak

Pulau Cubadak adalah salah satu pulau di kawasan Mandeh yang telah dikelola menjadi objek wisata yang berskala internasional. Objek Wisata ini menawarkan keindahan Pulau Cubadak yang berpasir putih dengan air laut yang tenang dan jernih dipadu dengan alam dan hutan yang hijau dan masih alami.


Karya 2
Judul karya : Pulau Cubadak
Ukuran : 150 x 75 cm
Media : Cat minyak diatas kanvas
Tahun : 2007

a. Data Geografis Pulau Cubadak
Objek wisata Pulau Cubadak ini berlokasi di Kecamatan Koto XI Tarusan, dengan luas ± 705 Ha dan dikenal dengan nama Pulau Pinchnugan Talu (Pincuran Orang Talu). Status pulau dikontrakan pada pengelola yang berasal dari Italia.
Pengelolanya Gian Lugi Casalegno. Fasilitas sarana pendukung objek ini antara lain adanya tempat peristirahatan atau gazebo (pondok kecil), dapat ditempuh dengan kapal yang bisa disewa.
Pulau Cubadak merupakan tempat objek wisata yang bersifat alam yang berbentuk kepulauan yang ada di kawasan Mande Kecamatan Tarusan. Pulau Cubadak ini terletak tidak jauh dari Carocok Tarusan. Disana pengunjung bisa beristirahat melepas lelah sambil menikmati pemandangan kearah laut sejauh mata memandang, juga bisa melihat pemandangan kearah pantai Carocok
b. Pembahasan Karya
Dalam lukisan ini penulis melukiskan objek sebuah pulau yang bernuansa pagi menjelang siang hari, terlihat dari pencahayaan datang dari atas lukisan. Pewarnaan yang terlihat mayoritas putih, kebiruan, hjiau kuning terang.
Pulau cubadak ini memiliki panorama yang sangat indah dengan pasirnya yang putih bersih dan air lautnya yang tenang dan jernih dipadu dengan alam dan hutan yang hijau dan masih alami, disamping itu juga dapat dilihat beberapa tempat beristirahat berupa cottage, restoran dan rumah penginapan dengan arsitektur alam yang didukung oleh beberapa saran penunjang untuk kegiatan memancing, seperti dapat dilihat sebelah kiri objek lukisan ada dermaga motor boat untuk keperluan diving, fishing, snorkeling.
Objek dalam lukisan ini merupakan salah satu dari puluhan pulau kecil yang di lepas pantai Sumatera Barat. Dilukisan dapat dilihat pulau yang bernuansa natural yang akan memerikan ketenangan, kesejukan dan keheningan alam pantai dengan kesan alami yang mendalam bagi setiap pengunjung.
Objek lukisan ini pada mulanya adalah bekas kawah dengan luas sekitar 40 km persegi, pulau ini tidak berpenduduk, kecuali hanya segelintir rumah nelayan sebagai tempat persinggahan saat kemalaman melaut, seperti dapat dilihat pada lukisan, tidak ada seorangpun yang berkeliaran di pulau ini.
Panjang pantai lebih dari 1,5 km dan sesuai dengan namanya pulau cubadak, sekitar tujuh hektar dominan nya adalah cubadak, disamping itu juga terdapat beberapa pohon kelapa yang seolah-olah ingin melepaskan diri dari pulau tersebut.
Pengelola objek wisata ini dalam lukisan juga tidak nampak, mungkin sedang pulang kampung atau ngungsi ke bukit di belakang, karena takut dengan isu tsunami yang sedang hangat-hangatnya beredar dipasaran saat ini, karena dalam lukisan kita bisa lihat kesatuan pulau yang terpadu, terdiri dari laut, pantai, perumahan, pohon kelapa, pohon cubadak, dan bukit. Semuanya tertata rapi, walaupun sudah ada yang mengelola pulau ini, tetapi keasrianya tetap terjaga dengan baik.
Keistimewaan karya ini adalah kesenyapan pulau yang bakal menimbulkan keinginan para penggemar wisata pulau yang sudah jenuh dengan suguhan pulau yang sudah ada sebab sudah sangat ramai, bising dan sibuk.

3. Carocok Painan
Merupakan tempat rekreasi bagi warga Pesisir Selatan khususnya dan para wisatawan pada umumnya. Pantai Pesisir Selatan sangat luas, namun yang lebih dikenal dan yang dikelola adalah bagian lokasi pantai yang berdekatan dengan ibu kota kabupaten Pesisir Selatan. Keindahan pantai ini terkenal dengan carocok painan.
Terletak di sebelah barat Kota Painan dengan pemandangan laut yang indah. Objek wisata ini terdapat dua terhubung oleh jembatan kayu, saat ini hanya satu pulau yang masih terhubung dengan jembatan. Pengunjung dapat menyeberangi air laut menuju pulau terdekat yaitunya pulau kereta. Kawasan ini berhadapan dengan 2 buah pulau yaitu pulau kereta dan pulau cingkuak











Karya 3
Judul karya : Carocok Painan
Ukuran : 95 x 100 cm
Media : Cat minyak diatas kanvas
Tahun : 2007


a. Data Geografis Carocok Painan
Objek wisata Carocok Painan berlokasi sebelah barat ibu kota kabupaten Pesisir Selatan. Status tanah merupakan milik Pemda Tk II Pesisir Selatan. Pengelolanya adalah bagian bidang Pariwisata Tk II Pesisir Selatan. Luas areal kawasan objek ini kira – kira 15 hektar. Ketinggian dari permukaan laut kira – kira 1,5 meter dan bersuhu sekitar maksimum 340 C dan minimum 270C. Jarak lokasi objek ini dari Kota Padang ± 75 km. Fasilitas sarana pendukung objek ini antara lain adanya lapangan parkir, adanya rumah makan, adanya gazebo (pondok kecil), toilet, adanya tempat penjualan souvenir, dapat ditempuh dengan kendaraan umum dan pribadi serta taxi.
b. Pembahasan Karya
Dalam lukisan ini penulis mengambil objek lukisan yang bernuansa siang hari. Terlihat suasana pantai yang cerah, pantai terlihat sepi, dikarenakan sebagian besar pengunjung-pegunjung rata-rata pergi pada sore hari. Di kejauhan terlihat pulau Kereta yang terhubung dengan jembatan kayu menuju pantai, pengunjung biasanya menikmati pemandangan dari pulau kereta, dan seringnya dijadikan lokasi berdialog dengan teman lain jenis. Sedangkan untuk yang dipantai seperti dalam lukisan dapat kita lihat cuma buat acara santai, mulai dari jalan santai sampai pada main santai, seperti anak-anak main pasir, walaupun ada sebahagian mempergunakan buat memperhatikan aktivitas lokasi objek pantai, apakah itu buser atau polpepe, tapi yang jelas, kalau ada yang coba dokumentasi objek pantai ini, wajahnya tidak mau diperlihatkan, seperti dalam lukisan dapat kita lihat ada satu figur manusia yang membelakangi.
Arah pencahayaan karya datang dari atas sebelah kiri, ini menandakan waktu pengambilan objek karya lukis adalah siang hari. Pewarnaan yang terlihat mayoritas biru, putih kebiruan, putih, biru laut, coklat gelap dan hijau gelap. Teknik yang digunakan dengan menguaskan cat minyak pada kanvas memakai kuas cat minyak.



4. Panorama Langkisau
Panorama Langkisau terletak diantara perjalanan Padang-Pesisir Selatan. Dari sini kita dapat menikmati pemandangan kearah laut dan Pesisir Selatan sambil menghirup udara pegunungan yang segar dan sejuk. Panorma ini sering dijadikan sebagai ajang paradigling tiap tahun.
Karya 4
Judul karya : Panorama Langkisau
Ukuran : 140 x 80 cm
Media : Cat minyak diatas kanvas
Tahun : 2007

a. Data Geografis Panorama Langkisau
Objek wisata Panorama Langkisau ini berlokasi di Pesisir Selatan, ter bertempat di ibukota kabupaten Pesisir Selatan. Luas areal kawasan objek ini tidak di ketahui secara pasti, karena meliputi kawasan lembah dan puncak – puncak perbukitan. Ketinggian dari permukaan laut kira – kira 1000 meter dan bersuhu sekitar maksimum 300 C dan minimum 210C. Jarak lokasi objek ini dari ibu kota adalah sekitar 7 km. Fasilitas sarana pendukung objek ini antara lain adanya tempat orang berjualan makanan dan minuman ringan, dapat ditempuh dengan kendaraan dan taxi.
b. Pembahasan Karya
Panorama Langkisau adalah salah satu objek wisata alam Pesisir Selatan. Dalam lukisan ini penulis menggambarkan suasana daerah Sago pada siang hari, terlihat barisan bukit-bukit, lembah, dan belokan sebuah jalan yang merupakan arah jalan menuju Pesisir Selatan-Padang, sekaligus merupakan jalan lintas antar kota. Dari kejauhan terlihat Pesisir Selatan dan garis pantai yang agak kabur. Daerah Panorama Langkisau ini merupakan tempat areal kawasan yang luas dan berada disekitar jalan umum transportasi Pesisir Selatan-Padang. Pada jalan terlihat beberapa kendaraan yang sedang melintas.
Karya lukisan ini dapat kita lihat sebelah kiri yaitunya laut lepas dari ketinggian 1000 meter dari permukaan laut, hal ini sesuai dengan perspektif pada karya lukisan, yang mana menggunakan perspektif burung, sedangkan sebelah kanan dapat dilihat pemandangan Desa Salido dengan sudut pandang yang sama, yaitunya objek kelihatan lebih kecil dan hanya sebagahagian objek yang kelihatan
Arah pencahayaan datang dari atas. Pewarnaan yang terlihat adalah mayoritas putih, putih keabuan, hijau, hijau terang dan hijau gelap. Teknik yang digunakan dengan menguaskan cat minyak pada kanvas memakai kuas cat minyak

5. Air Terjun Timbulun
Merupakan suatu tempat rekreasi/objek wisata yang berupa air terjun. Daerah/lokasi terletak dilingkungan bukit-bukit dan perkampungan penduduk dengan iklimnya yang sejuk dan udaranya yang segar dan bersih. Tempat ini juga terkenal dengan hasil buah-buahan seperti durian, rambutan dan lain-lain.
Karya 5.
Judul karya : Air Terjun Timbulun
Ukuran : 120 x 80 cm
Media : Cat minyak diatas kanvas
Tahun : 2007

a. Data Geografis Air Terjun Timbulun
Objek wisata Timbulun ini berlokasi di Pesisir Selatan, bertempat di kota painan. Status tanah merupakan milik ulayat Nagari kota. Pengelolanya adalah bagian bidang Pariwisata Tk II Pesisir Selatan.. Ketinggian dari permukaan laut kira – kira 6 meter mendekati daerah perbukitan dan bersuhu sekitar maksimum 310 C dan minimum 240C. Jarak lokasi objek ini dari kota Painan adalah sekitar 3 km dan 77 km dari kota Padang.
b. Pembahasan Karya
Air Timbulun merupakan salah satu tempat objek wisata Pesisir Selatan. Objek ini terletak di ibu kota kabupaten pesisir selatan, objek ini merupakan sebuah air terjun. Terlihat pada lukisan ini, penulis menggambarkan, beberapa orang yang sedang duduk-duduk di tepian, ada yang berdiri ditepian sungai. Bagian latar belakang adalah hutan, bagian tanah yang curam dan tinggi berada ditepian air terjun, biasanya orang-orang duduk-duduk diatas tebing tersebut sambil melihat-lihat pemandangan kearah bawah sungai tersebut. Tebing ditumbuhi dengan semak-semak, tumbuhan merambat, dan bebatuan ditepi-tepi sungai. Bagian kiri atas adalah dedaunan sebuah pohon yang terletak paling dekat dalam lukisan ini, Adapun suasana lukisan ini dibuat pada saat siang hari, namun cahaya matahari tidak bersinar terang menyengat. Arah cahaya datang dari atas, pewarnaan yang nampak pada lukisan ini mayoritas adalah hijau, hijau gelap dan hijau terang, putih,keabuan dan coklat. Teknik yang digunakan dengan menguaskan cat minyak pada kanvas memakai kuas cat minyak.












6. Pulau Garabak Ketek

Pulau Garabak Ketek adalah sebahagian pulau yang banyak terdapat di Pesisir Selatan. Pulau Garabak Ketek banyak terdapat penyu. Masyarakat setempat telur penyu disebut dengan telur katung, yang sangat enak dicicipi.



Karya 6
Judul karya : Pulau Garabak Ketek
Ukuran : 150 x 80 cm
Media : Cat minyak diatas kanvas
Tahun : 2007

a. Data Geografis Pulau Garabak Ketek
Objek wisata Pulau Garabak Ketek ini terdapat di Kota Painan berjarak ± 20 km dari bibir pantai kota Painan dengan waktu tempuh ± 1,5 jam dengan menggunakan transportasi kapal motor boat. Dilokasi ini kita akan dapat melihat penyu yang sedang bertelur. Dan merupakan kawasan penangkaran pelestarian satwa langka Penyu
b. Pembahasan Karya
Pulau Garabak Ketek merupakan tempat objek wisata yang sering dikunjungi wisatawan, pulau Garabak Ketek terletak tidak jauh dari Kota Painan. Disana pengunjung bisa melihat peternakan penyu., juga bisa melihat pemandangan sekeliling pantai, Dalam lukisan ini penulis melukiskan objek pulau yang bernuansa siang hari.
Pada karya ini penulis memberi judul Pulau Garabak Ketek, dari judul dapat diartikan bahwa pulau ini punya kakak, masyarakat setempat menyebut pulau ini dengan Pulau Garabak Ketek yang artinya ukuran pulau ini tidak terlalu besar, masih ada Gerabak yang lebih luas dari pulau ini, yaitunya Pulau Garabak Gadang (Pulau Garabak Besar) nah itulah kakak dari Pulau Garabak Ketek. Walaupun ketek, tetapi nelayan setempat (surantih) sering kewalahan dibuatnya, soalnya banyak perahu nelayang yang nyasar sampai kedaratan, karena ukurannya yang kecil, sehingga para nelayan kewalahan mengingat posisi pulau ini. Untunglah pemerintah daerah setempat memberi tanda dengan mendirikan mercu suar di lokasi ini, disamping sudah banyaknya para nelayan yang terkecoh akan keberadaannya, pulau ini juga menyimpan potensi yang besar, yaitunya penangkaran penyu.
Dalam lukisan terlihat sebuah pulau yang ditengah objek lukisan terdapat lampu mercu suar sebagai ciri khas Pulau Gerabak Ketek, objek tersebut jadi aksentuasi dalam karya ini, yang mana penikmat seni akan mendefenisikan apakah objek tersebut berupa mercu suar ataukah tower telepon seluler.
Arah pencahayaan karya ini datang dari atas, dan ini menandakan objek tersebut diambil pada saat siang hari, pewarnaan yang terlihat adalah mayoritas putih, kebiruan, hjiau, kuning. Teknik yang digunakan dengan menguaskan cat minyak pada kanvas memakai kuas cat minyak.

7. Air Terjun Bayang Sani
Merupakan suatu tempat rekreasi/objek wisata yang berupa air terjun dengan airnya yang jernih dan bening. lokasi terletak dilingkungan bukit-bukit dan perkampungan penduduk dengan iklimnya yang sejuk dan udaranya yang segar dan bersih. Tempat ini juga terkenal dengan air terjun ekor kuda, sesuai dengan bentuknya, pada bahagian atas keindahan objek ini jauh lebih mempesona ketimbang dibagian bawah nya.
Karya 7.
Judul karya : Air Terjun Bayang Sani
Ukuran : 110 x 80
Media : Cat minyak diatas kanvas
Tahun : 2007

a. Data Geografis Air Terjun Bayang Sani
Objek wisata Air terjun Bayang Sani berlokasi di Bayang, kecamatan Pasar Baru,. Jarak lokasi objek ini dari ibu kota adalah sekitar 20 km, dengan lama perjalanan ±1,5 jam dan bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua dan empat. Air terjun Bayang Sani. terdiri dari lingkaran air terjun yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Air terjun ini bersumber dari batang air Bayang Sani yang hulunya jauh di atas perbukitan.
b. Pembahasan Karya
Air Terjun Bayang sani merupakan salah satu tempat objek wisata Pesisir Selatan. Objek ini terletak di ibu kota kabupaten pesisir selatan, objek ini merupakan sebuah air terjun. Terlihat pada lukisan ini, penulis menggambarkan, air terjun yang mengalir di tebing, bagian latar belakang adalah hutan, bagian tanah yang curam dan tinggi berada ditepian air terjun, beberapa figur manusia yang sedang mengamati airterjun sambil mengisap rokok, karena suasana disekitar kawasan ini memang cukup dingin, akan lebih enak lagi ditambah dengan secangkir kopi.
Pada tebing ditumbuhi dengan semak-semak, tumbuhan merambat, dan bebatuan ditepi-tepi sungai. Bagian kiri atas adalah dedaunan sebuah pohon yang terletak paling dekat dalam lukisan ini, Adapun suasana lukisan ini dibuat pada saat siang hari, cahaya matahari bersinar terang menyengat. Arah cahaya datang dari atas, pewarnaan yang nampak pada lukisan ini mayoritas adalah putih, hijau gelap dan hijau terang, putih,keabuan dan coklat. Teknik yang digunakan dengan menguaskan cat minyak pada kanvas memakai kuas cat minyak
8. Kawasan Mandeh
Kawasan Mandeh merupakan sebuah teluk yang terletak di kecamatan Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Teluk ini mempunyai banyak pulau-pulau yang eksotis dengan perairan pantainya yang tenang tidak berombak karena disekitarnya terdapat pulau kecil diantaranya pulau traju, pulau setan besar dan setan kecil, pulau sironjong besar dan kecil, dan pulau cubadak tentunya


Karya 8
Judul karya : Kawasan Mandeh
Ukuran : 150 x 80 cm
Media : Cat minyak diatas kanvas
Tahun : 2007
a. Data Geografis Kawasan Mandeh
Objek wisata Kawasan Mandeh ini berlokasi di Pesisir Selatan, bertempat di desa Mandeh. Jarak lokasi objek ini dari ibu kota adalah sekitar 10 km. Fasilitas sarana pendukung objek ini antara lain telah dibangun jalan mengitari teluk, sehingga pengunjung dapat menikmati pemandangan sepanjang jalan.
Disisi Utara kawasan Mandeh terdapat beberapa pulau yang melingkar yaitu pualu bintangor, pulau pagang, pulau ular, dan pulau merak yang berdampingan dengan pulau sikuai island
Kawasan ini dijuluki dengan The Paradise in The South (surga di Selatan), maksudnya dibagian selatan Provinsi Sumatera Barat, disini semua kedamaian bisa didapat. Penduduk setempat memamfaatkan kawasan ini dengan melayarinya, wisatawan yang dating kesini sering memamfaatkan danau laut ini untuk berenang dari pulau ke pulau lainnya, selain tentunya untuk menyelam juga menyaksikan keindahan laut dengan berbagai bentuk danjenis kerang dan ikan-ikan yang hidup disana.
Gerbang masuk Kawasan Mandeh dapat dicapai dengan melalui jalan laut dan jalan darat. Bila naik kapal bisa dari pelabuhan Bungus, Gaung, Teluk Bayur atau dari pelabuhanMuara Padang sedangkan melalui jalan darat, terdapat tiga alternative. Pertama dari Pasar Tarusan melalui simpang Carocok, kedua melewati sungai tawar danketiga dari bungus terus kesungai Pinang dan sungai Nyalo.
Ruas jalan terbaru ialahmelewati Carocok terus menyusuri bibir pantai dan perbukitan yang landai sepanjang 12,5 km
.
b. Pembahasan Karya
Kawasan Mandeh merupakan salah satu objek wisata alam yang berada di Pesisir Selatan, terletak di teluk mandeh atau yang disebut juga mande carocok. Sesuai dengan judulnya Kawasan Mande, karena salah satu kampung yang ada dikawasan ini bernama Kampung Mande.
Dalam karya ini dapat kita lihat ketenangan dan kedamaian kawasan objek yang dilingkari oleh pulau-pulau, kawasan ini sebenarnya adalah teluk, yang mana ditengah teluk tersebut seperti dapat dilihat terdapat beberapa pulau yang melingkar yaitunya dari sebelah kiri Pulau Traju, Pulau Setan Besar dan Kecil, Pulau Sironjong besar dan kecil, ditengahnya yaitu Pulau Cubadak.
Pada objek lukisan terdapat kapal pesiar yang sedang mengarungi teluk. Dalam lukisan ini penulis melukiskan kawasan yang sangat luas, terdiri dari teluk yang banyak terdapat pulau, beberapa orang yang sedang berwisata dengan menggunakan boat. Arah pencahayaan datang dari atas. Pewarnaan yang terlihat adalah biru, putih kehijauan, hijau kekuningan dan hijau gelap, serta coklat terang. Teknik yang digunakan dengan menguaskan cat minyak pada kanvas memakai kuas cat minyak.

9. Pasir Putih Kambang
Objek Wisata Pasir Putih Kambang adalah pantai landai dan bersih yang terdapat di Kambang Kecamatan Lengayang. Dikawasan ini tersedia warung makan yangmenyediakan aneka makanan ikan laut berupa ikan-ikan segar yang diracik dengan bumbu tradisional sehingga terasa amat gurih.
Suasana pantai yang damai diselingi oleh tiupan angi pantai yang berhembus lembut membuat para pengunjung betah duduk berlama-lama disekitar lokasi ini















Karya 9
Judul karya : Pasir Putih Kambang
Ukuran : 130 x 80 cm
Media : Cat minyak diatas kanvas
Tahun : 2007


a. Data Geografis Pasir Putih Kambang
Objek wisata Pasir Putih Kambang berlokasi di Pesisir Selatan, bertempat di desa Kambang, kecamatan Lengayang.. Jarak lokasi objek ini dari Painan adalah 64 km. Fasilitas sarana pendukung objek ini antara lain lapangan parkir yang luas, seluas garis pantai, adanya hotel dan restoran, adanya mushola dan toilet, dapat ditempuh dengan kendaraan umum dan pribadi.
b. Pembahasan Karya
Pasir Putih Kambang merupakan objek wisata yang berada dikawasan Pesisir Selatan. Objek wisata ini ramai apabila di kunjungi oleh para pelancong pada hari-hari libur.Pada lukisan ini penulis melukiskan objek pantai yang bernuansa siang hari. Bagian pinggir pantai di tumbuhi pepohonan kelapa yang rimbun, untuk tempat para pengunjung agar dapat beristirahat dan bermain dengan nyaman sekaligus sebagai pelindung dan menghindari panas matahari yang menyegat. Pantai ini cukup bersih dan terawat. Terlihat dikejauhan daratan perbukitan dekat garis pantai. Dipantai terlihat para pengunjung yang bermain-main. Terlihat beberapa perahu nelayan. Arah pencahayaan datang dari atas. Pewarnaan yang terlihat adalah mayoritas putih, putih kebiruan dan coklat gelap. Teknik yang digunakan dengan menguaskan cat minyak pada kanvas memakai kuas cat minyak.

10. Istana Mande Rubiah
Istana Mande Rubiah merupakan sebuah bangunan rumah, yang mempunyai nilai sejarah kebudayaan Pesisir Selatan. Istana ini juga merupakan museum peninggalan sejarah, mulai dari keris, pisau, senapan, talua garudo, dan banyak lagi peninggalan bersejarah.
Objek wisata Mande Rubiah diperkirakan sudah ada sejak abad ke 14, pendirinya memiliki kaitan yang sangat erat dengan kerajaan Pagaruyung yangterletak di Batusangkar
Konon dikisahkan ketika terjadi huru-hara di Kerajaan Pagaruyung seorang Putri Bundo Kandung yang bernama Putri Salasiah Pinang Masak melarikan diri dan kemudian membangun Istana di hilir Batang Lunang, maka sesuai dengan kisah tersebut diyakini adanya keturunan Mande Rubiah didaerah ini.
Latar belakang inilah yang kemudian menjadi daya tarik wisata sehingga rumah gadang Mande Rubiah banyak dikunjungi para wisatawan. Dilokasi ini kita bisa berdialog langsung tentang sejarah Bundo Kanduang dengan seorang Mande yang mendiami rumah gadang tersebut yang dipercaya merupakan keturunan yang kesepuluh

Karya 10
Judul karya : Istana Mande Rubiah
Ukuran : 125 x 80 cm
Media : Cat minyak diatas kanvas
Tahun : 2007

a. Data Geografis Istana Mande Rubiah
Istana Mande Rubiah berlokasi di Pesisir Selatan, bertempat di desa Lunang Silaut. Jarak lokasi objek ini dari ibu kota kabupaten adalah sekitar 157 km dan ±3,5 jam dari Kota Padang. Fasilitas sarana pendukung objek ini antara lain adanya makam-makam para pejuang, adanya gedung museum, adanya taman dan tempat parkir, adanya Mesjid dan surau, dapat ditempuh dengan kendaraan umum seperti bus yang berjalur Padang– Pesisir Selatan, kendaraan pribadi. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh para pengunjung yang datang ke sini adalah penelitian, melepas niat, berobat.

b. Pembahasan Karya
Istana Mande Rubiah merupakan salah satu objek wisata yang ada dikawasan Pesisir Selatan. Pada lukisan ini penulis melukiskan objek bangunan rumah yang bernuansa siang hari. Terlihat pada objek lukisan bangunan rumah yang cukup terawat dan pengunjung yang hendak masuk ke rumah mandeh.
Pada lukisan dapat kita lihat tata ruang bangunan, terdiri dari ruangan memanjang, yaitunya ruang depan dan ruang belakang, pada ruangan depan terdiri dari tiga buah jendela dan satu buah jendela bagian ruangan belakang
Pintu utama utama dibagian muka akag kesamping kiri, berukuran tinggi 174 cm dan lebar 84 cm. Seperti kita lihat ada beberapa figur orang yang sedang menaiki rumah dan sebagian ada yang duduk di teras.
Arah pencahayaan pada lukisan ini terlihat dari atas lukisan. Pewarnaan yang nampak pada lukisan ini adalah mayoritas putih, hijau kuningterang, dan hijau gelap. Teknik yang digunakan dengan menguaskan cat minyak pada kanvas memakai kuas cat minyak.
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Setelah menjelaskan uraian pada bab pembahasan maka kesimpulan yang dapat dikemukakan yaitu :
1. Didalam kehidupan sehari-hari baik dikota ataupun didesa, manusia sebagai makhluk mayoritas yang menempati dunia tidak bisa lepas dari alam. Dari alamlah manusia banyak mempelajari dan menumbuhkembangkan kehidupannya, bagaimana bertahan hidup, saling berinteraksi antar satu dengan yang lain, antar manusia dengan alam. Sudah sepatutnyalah manusia pun menjaga alam, karena alamlah tempat manusia menjalankan kehidupan. Manusia harus menjaga alam, melestarikannya, agar tetap indah dan tidak cepat rusak. Alam yang indah akan menjadi daya tarik tersendiri. Daerah-daerah yang memiliki alam yang indah akan dikenal dan menarik orang-orang untuk datang kesana.
2. Masing-masing daerah yang memiliki alam yang indah apabila dikelola dengan baik, dijadikan sebagai suatu lokasi objek wisata, maka itu akan mendatangkan keuntungan bagi daerah itu sendiri, salah satunya menaikkan pendapatan daerah tersebut. Daerah-daerah yang memiliki objek-objek wisata yang menarik, maka akan dikenal, pengunjung yang datang bisa dari dalam dan luar daerah, dan itu menjadi suatu nilai tambah pada bidang kepariwisataan.
483. Untuk itu dalam kaitannya pada karya akhir ini, penulis berusaha menampilkan 10 buah karya-karya lukisan yang menampilkan objek-objek wisata alam yang khususnya ada diPesisir Selatan, yakni beberapa tempat objek-objek wisata yang menonjol berada disekitar kawasan Pesisir Selatan yang sekarang ini dalam bentuk lukisan yang bercorak realis.
B. Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan yaitu bahwa alam dapat dijadikan sebagai salah satu ide dalam pembuatan karya akhir. Alam yang indah patut dilestarikan dan dijaga keindahannya agar dapat dinikmati bersama-sama, dan agar dapat dinikmati lagi oleh generasi mendatang.
Alam bisa menjadi wadah sumber inspirasi dalam berkarya seni, juga pada seni lukis. Karena ide-ide dari alam tidak akan ada habis-habisnya, selama kehidupan ini berlangsung. Objek-objek wisata di sekitar Pesisir Selatan masih ada yang lainnya dan cukup banyak, ini dapat dijadikan sebagai karya lukis bagi para pembaca.
DAFTAR RUJUKAN

Bazir, Darizal. 2005. Wisata Alam Pesisir Selatan. (Online), page 2 (http://www.pesisirselatan.go.id, diakses 29 Oktober 2006).
Bowo, Harry. (rankmarola@yahoo.com). 30 Desember 2006. Wisata Paragliding Terobosan Pesisir Selatan. E-mail kepada Masri (lengayang@yahoo.com)

Mudjiran, 2007 Perkembangan Peserta Didik.Jakarta Dirjen Pendidikan Tinggi.
Gie, The Liang. (1996) . Filsafat Keindahan Yogyakarta,(Pusat belajar ilmu berguna) PUBIB, cetakan 1: 1996
Harry. 2007. Wisata Penyu di Smbar (online), page 1 (www.wisatanet.com diakses 30 Desember 2007)
Putra. 2007. Menyepi di Pulau Tersenyap di Dunia. (Online), page 1 (www.tempointeraktif.com) diakses 10 Januari 2008).
Rasjoyo (1995). Pendidikan Seni Rupa Untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Erlangga.
Sardjiwo 2007. Dari Istana ke Jalanan (online), page 1 (http://www.figurpublik.com) diakses 10 Januari 2008).

Wanda, Cools (info@cubadak-paradisovillage.com) 29 Oktober 2006. Pulau Cubadak. E-mail kepada Masri (lengayang@yahoo.com)
Wikipedia. 2007. Seni Lukis. (Online), page 1 (http://id.wikipedia.org, diakses 10 Desember 2007).
Yosmeri. 2007. Sumbar Tambah Pulau Konservasi Penyu. (Online), page 1 (http://www.kompas.com, diakses 10 Januari 2008).
Like
ccc

Add to Cart