![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiPP50Xs5DBR_I3Nnjvv1WZNJQoM0jyor-zsCzxZFVCiKE3RrcRaMZ8WJM4jqf8Z6WvtGIVNR3x19nNlblhkebCYDc8n-fSfiTQ_4gDDXilHq0uSlBJdRxmj5Um4TyQZTyjB_FXi7sNRc/s400/Misbach+Tamrin.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEht3CpvYJkyBcbD-ghc_iWh2icxR8H76gtj86emjcVaJeUPmeeG47WsKKQ4O1lrTNT-a3tQrUhaPaJqzYjOi-DXvEXLzzOvo5Ko2GlXD_FPrdDUZIZAdSO1p3W-20O4S3IevACgVZVhu80/s400/Misbach+Tamrin+-+Konser+Pinggir+Jalan.jpg)
Kehidupan di Pinggir jalan adalah suatu realita di kota besar yang sarat problematika. Arus urbanisasi yang tak terbendung membuat kondisi demikian menjadi – jadi. Tidak semua urban berhasil di kota – kota besar seperti juga di Jakarata. Banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan ; tidak mendapat sandang , pangan dan papan yang memadai. Mereka menempati rumah – rumah kumuh di areal kolong jembatan, pinggir rel kereta atau bantaran kali. Tak mampu mendatangi gedung – gedung pertunjukan, mereka tetap bisa mergembira – ria dengan mengadakan konser pinggir jaln......
Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=148