MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MELUKIS DI ATAS AIR PADA MEDIA KANVAS
Pada dasarnya manusia ingin meningkatkan kemampuan pribadinya. Kemampuan untuk memperlihatkan bahwa dirinya bisa berbuat sesuatu tidak kalah dengan yang lainnya. Sehingga manusia ini membuat sesuatu yang tidak sama dan mungkin tidak dapat disamai oleh insan yang lain. Manusia menginginkan mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk meningkatkan martabat dirinya. Egoisme ini tak dapat dipungkiri adalah pembawaan dasar manusia yang menginginkan kemampuan dirinya lebih baik dan ingin menonjolkan kepentingan pribadi yang berbeda dan mempunyai tingkatan yang lebih tinggi. Kemampuan dasar inilah yang disebut dengan istilah kreativitas insani.
Kreativitas insani ini akan terlihat nyata dalam kancah mengolah dan mencipta suatu karya dalam dunia kesenian. Produktivitas seni memperlihatkan betapa ketatnya untuk menampilkan karya-karya yang baru yang bersifat sangat individualistis. Seniman menciptakan karya seni sangat menonjolkan kemampuan individu dan bersaing untuk membuat sesuatu yang terbaik. Sesuatu yang baik ini tentu sangat berbeda dengan karya-karya yang telah ada. Menciptakan karya baru dengan nuansa baru dari hasil pengembangan imajinasi seorang seniman. Seniman sangat egois sekali tatkala berkarya. Mereka tak ingin disamai dalam berkarya dan mencipta. Kepribadian dirinya sangat dominan dalam bentuk egoisme suatu karya. Apalagi sampai karya kebanggaannya dijiplak begitu saja. Seorang seniman takkan rela apabila karya seninya diduakan apalagi ditiru tanpa pengembangan dan modifikasi dengan karya aslinya. Menjiplak atau copy paste begitu saja, apalagi mengakui karya orang lain sebagai karyanya.
Nuansa baru dalam berkarya seni rupa sekarang mulai bermunculan dalam perkembangan seni rupa modern dan kontemporer. Mulailah melukis dengan memadukan realitas yang sebenarnya, misalnya melukis suatu objek air terjun dengan menggunakan air yang nyata. Melukis dengan menggunakan bahan asli yang sesuai dengan objek yang digambarnya, misalnya menggambar burung dengan bulu-bulu burung tersebut. Kemudian berkembang pula melukis dengan menggunakan media yang bertentangan, misalnya menggunakan air dan minyak sebagai perantara membentuk objek pada bidang gambarnya.
Melukis diatas air itulah salah satu contoh berkarya seni rupa dengan memakai media yang bertentangan. Teknik melukis ini merupakan sesuatu yang baru di kenal di Indonesia. Banyak dari masyarakat kita yang belum tahu dalam menggunakan teknik yang satu ini. Mereka sebagian besar hanya mengetahui teknik melukis menggunakan berbagai cat, tinta maupun pena yang langsung ditorehkan atau dikuaskan pada kertas maupun kanvas. Tetapi sebenarnya melukis di atas air bukanlah hal yang baru. Melukis di atas air ini telah lama dikenal oleh masyarakat Jepang. Seniman Jepang sudah tidak asing lagi dengan menggunakan teknik yang satu ini.
Melukis di atas air di Jepang dikenal dengan nama “SUMINAGASHI”. Suminagashi berkembang di Jepang pada awal abad ke-12 merupakan teknik kuno yang digunakan untuk melukis diatas air yang menghasilkan marbleized ( tekstur seperti marmer ) di atas kertas. Secara harafiah Suminagashi berarti “ink-floating” atau “tinta mengambang” yang mengacu pada tinta sumi-e yang awalnya digunakan dalam teknik ini.
Secara sederhana “SUMINAGASHI” adalah menuangkan cat yang berminyak dengan berbagai warna yang ada di atas air dengan pola atau desain sesuai tema. Pola dari teknik ini adalah hasil warna yang tadinya mengapung di air biasa atau larutan kental, dan kemudian dengan hati-hati dipindahkan ke permukaan penyerap. Permukaan penyerap yang dimaksud misalnya seperti kertas, kain atau kanvas. Sekarang, para seniman Jepang menggunakan kedua tinta tradisional dan cat akrilik (biasanya encer bawah/pola) untuk menciptakan karya seni rupa yang sangat cantik ini.
Melukis di atas air juga telah dikenal oleh masyarakat Turki sebagai salah satu bentuk karya seni dan kebudayaan mereka. Bangsa Turki mengenalnya dengan nama “EBRU”. Ebru, kata dalam bahasa Turki yang artinya “awan” atau “berawan”, berasal dari kata “ebre”, bahasa Asia Tengah, yang artinya bahan berbarik-barik atau kertas. Seni tersebut bisa jadi berhulu di China karena suatu tulisan di zaman dinasti Tang di China (618-907 masehi) menyebut tentang proses mewarnai kertas lewat air dengan lima warna.
Jalan Sutra membuat seni tersebut menjalar ke Iran dan dinamai “Ebru”. Seni lukis itu digunakan untuk mewarnai sampul naskah maupun kitab dan menyebar ke Anatolia, Turki bagian Asia. Sejak pertengahan abad ke-15 Ebru dikenal sebagai seni Turki, yaitu membuat corak pada kertas. Teknik Ebru pada masa awalnya adalah mencipratkan cat, yang mengandung empedu sapi, ke permukaan air yang sudah dicampur “kitre” (getah tragacanth). Kertas diletakkan ke permukaan cairan sehingga corak warna di permukaan cairan menempel ke kertas.
Menurut catatan sejarah yang lain menyebutkan bahwa teknik melukis dalam air sebenarnya sudah ditemukan semenjak 15 abad yang lalu, mereka adalah para seniman arab yang ahli dalam membuat kaligrafi. Seniman Arab tidak mengenal melukis secara realis atau nyata, tetapi visualisasinya menggunakan huruf indah atau bentuk-bentuk lain selain fauna dan manusia yang nyata dalam pemilihan objek lukisnya. Mereka menstilasi bentuk-bentuk daun atau bentuk huruf yang diperindah dengan daya imajinasi seninya.
Pada awalnya untuk melukis di atas air cukup menggunakan alat-alat khusus yang tidak begitu rumit. Caranya sangatlah sederhana yakni dengan menggunakan alat halus dan juga nafta( sejenis bahan kimia). Melukis segala macam bentuk yang aduhai di permukaan air, tetapi air tidaklah sebagai kanvas nyata yang sebenarnya. Setelah mendesain lukisan, kita bisa menempatkan selembar kertas/kain yang menyerap cat dari permukaan air, sehingga menjadi sebuah lukisan biasa tanpa tersentuh oleh peralatan melukis.
Bagaimanapun juga teknik seperti ini membuat penasaran bagi yang belum pernah mencobanya. Hal ini perlu adanya pembelajaran yang menjelaskan tentang teknik melukis dengan media yang masih asing bagi sementara orang. Sehingga akan mengembangkan kemampuan seseorang dalam melukis di atas air terutama yang dituangkan pada media kanvas. Secara ringkas dan sederhana untuk melukis di atas air adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Siapkan ember, nampan ataupun bak, plastik, air, cat minyak/cat kayu, kuas, pipet, palet, lidi, lembaran kain kanvas.
2. Langkah awal adalah menyediakan bak air/ember yang dilapisi oleh plastik supaya bagian dalam ember tidak kotor, kemudian diisi dengan air.
3. Langkah berikutnya adalah membuka cat kayu atau cat minyak, kemudian kita tuang pada palet dan campurkan dengan berbagai warna cat yang ada dan kita dikehendaki dengan menggunakan kuas. Aduk terus menerus supaya cat tidak menggumpal dan pencampurannya menjadi baik dan sesuai.
4. Setelah pencampurannya sesuai dengan pola atau desain yang dirancang, kemudian tuangkan pencampuran cat tersebut di atas air secara perlahan dengan kuas/pipet.
5. Langkah berikutnya adalah jangan menuangkan cat secara keseluruhan, namun diteteskan sedikit demi sedikit dengan pola melingkar atau sesuai desain/rancangan yang diinginkan.
6. Kemudian dengan menggunakan lidi, goreskan dengan pola-pola tertentu untuk supaya bentuknya secara terperinci sesuai dengan rancangan bentuk yang telah dibuat/yang terperinci dalam imajinasi kita.
7. Langkah selanjutnya setelah gambar yang diinginkan terbentuk, ambil kertas (lembaran kain kanvas) ditempelkan secara perlahan-lahan ke permukaan air.
8. Langkah setelah itu adalah menunggu beberapa saat, lalu kertas atau lembaran kain kanvas tersebut kita angkat untuk melepaskan dari permukaan air yang ada di ember atau bak air.
9. Langkah terakhir adalah menjemur hasil lukisan tersebut di terik matahari atau paling tidak terkena sinar matahari supaya dengan cepat bisa kering.
Pemakaian cat disarankan menggunakan jenis cat kayu, cat minyak atau cat akrilik. Hal tersebut karena cat tadi telah dilengkapi dengan kandungan minyak di dalamnya yang sesuai dengan takaran. Sehingga tinggal mengaduk saja dalam pencampuran antara cat dan minyaknya. Penuangan antara cat yang digunakan dengan air juga akan mudah terpisah dan mengambang di atasnya sehinggapembuatan pola atau desain gambarnya akan lebih mudah terbentuk sesuai rancangan atau keinginan si pembuatnya.
Pengembangan berbagai bentuk melukis di atas air dapat dilatih dengan intensitas yang berulang-ulang sehingga kita dapat lebih mengenal dan menguasai media yang ada tersebut. Sehingga ungkapan yang dulu untuk mengibaratkan sesuatu yang mustahil terjadi dapat kita lakukan. Pernahkan kalian mendengar ungkapan, ''Ibarat melukis di atas air''?, yang artinya sesuatu itu mustahil dilakukan. Jika dibayangkan saja, memang kelihatannya mustahil. Tapi, jangan berkecil hati dulu! Karena zaman sudah mulai berubah, hal yang tadinya mustahil kini menjadi tidak mustahil, alias bisa dibuktikan.