![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU2GoH-v3EPWbdJNVR4GN4GeoB5kFOqwv7Lz5d_VPeLrPJ7toXZa_r8otM9Xj5NUoZcU3zcOCHr-QpuxubZUIOspv2pPmNJDIhHxiyMmReOE51zLcH_uMv5vkHIpTvE419G1TFMAwAbrw/s400/I+Ketut+Sadia-Jakarta+Kontemporer+dan+Gunernurnya.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-GZVIyMClj5aMzc-uvXBAaTEsY1gudw4-KzZ4uV-Bhv0vcMpdiZPKmptqenu6yHRDBoO1lM0RuIblBoJwfI9pDXbVlhgUFMEMGPcf0nWEKEFF9YGonOrc2zK8rDPApdyULQPQjZtwqjI/s400/I+Ketut+Sadia+-+Badut-badut+Kota+Kita.jpg)
Masyarakat di berbagai kota di Indonesia selalu nampak tidak berbahagia. Demo terus menerus terjadi, dan perkelahialn antar kelompok tidak pernah surut. Mereka meributkan segala hal : dari uang kuliah, kenaikan tarif listrik, pemilukada, korupsi, skandal Bank Century dan lain – lain . Tapi untung kota besar seperti Jakarta, tempat semua unsur berkumpul, bisa menenangkan keributan dengan selalu menampilkan badut – badut, di arena jalanan sampai di televisi.
Badut – badut itu tidak hanya dipernakan oleh para pelawak, tapi juga oleh politikus , jaksa, hakim, polisi, petugas pajak, pengacara, pengusaha yang pandai berkilah dan berakting. Kehadiran “badut – badut” ini “menghibur”, bahkan bagi masyarakat kota Jakarta sendiri . Atau jangan – jangan malah menambah kacau keadaan ?.
Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=131