Help/Support
Like
Contact
PRESTASI SISWA SDIT ROBBANI DI CABANG BULUTANGKIS

PRESTASI SISWA SDIT ROBBANI DI CABANG BULUTANGKIS

ARTCHI FAUZIL ADHIM, beserta pialanya ketika menjuarai turnamen Kapolres Cup I kelompok umur Pra Dini pada tanggal 22-26 Maret 2011.

Saat penerimaan hadiah Kejuaraan Se-Eks Karesidenan Semarang Kapolres Cup I di Kendal

Para Juara memamerkan Piagam dan Piala Kejuaraan yang diikutinya.

Pada saat penerimaan hadiah Kejuaraan Kapolres Cup I, pengurus PBSI tampak sedang menyerahkan hadiah pada para pemenang.

Para juara Kejurcab Bulutangkis Kabupaten Kendal, Desember 2010, sesaat serah terima piala kejuaraan bersama eks juara dunia Sigit Budiarto.

Seryna Hasna Qurratu'ain, juara I Kejurcab Bulutangkis Kab. Kendal pada tanggal 19-24 Desember 2010.

Sigit Budiarto mantan juara dunia ganda putra, pada saat menyerahkan hadiah Kejurcab Bulutangkis Kabupaten Kendal kepada Seryna Hasna Qurratu'ain.

Pada saat persiapan penerimaan hadiah Kejurcab Bulutangkis Desember 2010. Foto dari kiri: Reftina, Seryna, Pinkan dan Pirta.

Di mulai pada akhir bulan Desember 2010, beberapa siswa SDIT Robbani yang tergabung dalam klub bulutangkis SBR mengikuti kejuaran antar klub se Kabupaten Kendal. Turnamen tersebut adalah kejurcab Bulutangkis se Kabupaten Kendal yang di ikuti seluruh klub yang berada di kabupaten Kendal. Dua siswa Robbani pada babak pertama lolos pada babak berikutnya. Pada hari Ketiga peserta terkecil di kejurcab yang berasal dari SDIT Robbani yaitu Artchi Fauzil tumbang. Sebelumnya anak tersebut telah menumbangkan beberapa pemain yang usia dan fisiknya lebih besar. Kekalahan di babak ke tiga pun berlangsung dengan alot yang berakhir dengan rubber set dan salah satu setnya berlangsung deuce sampai skor 29-27. Pertandingan tersebut tercatat yang paling lama selama kejuaraan itu berlangsung, hingga memakan waktu lebih dari 1 jam. Pada tunggal putri anak utama, siswa sdit tetap melaju mulus hingga final. Siswa itu adalah Seryna Hasna Qurratu'ain. Di final Seryna berhadapan dengan musuh bebuyutannya yaiti Reftina dari Boja. Set pertama Seryna kalah dengan skor 21-15. Pada set kedua Seryn bangkituntuk memenangi set tersebut dengan skor 21-17. Pada set penentuan anti klimaks untuk Reftina sehingga Seryn memenanginya dengan skor 21-10. Seryna juara dan SDIT Robbanipun juara beserta klubnya SBR Kendal yang juga juara umum. Di samping itu Seryn juga memperoleh gelar juara 3 di kelompok umur di atasnya yaitu kelompok usia Pemula Putri, yang nota bene lawan-lawannya lebih tangguh dan besar.
Pada bulan Maret 2011 tidak ketinggalan siswa Robbani juga ikut andil dalam kejuaraan bulutangkis se-eks Karesidenan Semarang beserta klub undangan di Jawa Tengah. Klub undangan yaitu klub-klub yang bersal dari Kabupaten Batang dan sekitarnya. Kali ini siswa SDIT Robbani yang mencatatkan prestasi fenomenal adalah Artchi Fauzil Adhim dengan mengikuti 2 kategori kelompok umur. Kelompok umur yang pertama yaitu kelompok Dini Putra yang di ikuti para pemain di atas kategori usianya dan yang kedua yaitu kelompok umur Pra Dini. Pada usia Dini tersebut, walaupun terkecil tetapi prestasinya dapat melaju hingga perempat final. Sebelum tumbang di tangan unggulan utama, Artchi juga berhasil menumbangkan para unggulan lainnya. Sedangkan di kelompok Pra Dini, Artchi dapat melaju hingga semi final sebelum ditumbangkan Jonathan Albert dari Tri Star Semarang. Itupun kalau sabar seharusnya Artchilah yang unggul, karena pada babak pertama sudah unggul jauh sampai 20-14. Tetapi karena bola-bola yang seharusnya dapat dimatikan menjadi tersangkut di net, hingga tersusul menjadi deuce hingga skor berakhir 23-21. Pada babak kedua berlangsung imbang hingga skor ditutup dengan angka 21-19ya. Prestasi tersebut mengukuhkan Artchi meraih juara 3 Pra Dini Kapolres Cup I. Prestasi ini merupakan yang tertinggi untuk anak di Kabupaten Kendal kategori kelompok umur pra dini. Walaupun di kelas atasnya Kendal kebagian gelar di kelompok anak putra.
Pada kejuaraan Semarang Cup II yang levelnya setingkat Jawa Tengah dengan non pemain Djarum dan PMS Solo, siswa SDIT Robbani yaitu Artchi Fauzil Adhim juga dapat berprestasi. Walaupun di kelompok umur kelasnya tidak di pertandingkan, dia tak gentar untuk terus meraih kemenangan di strata kelas atasnya. Babak pertama pemain dari Semarang ditumbangkan dengan straight set, kemudian di babak kedua pemain asal Ambarawa juga di kalahkanya dengan rubber set (21-23, 21-8 dan 21-7). Pada babak ketiga giliran pemain dari klub Gatra Semarang diklahkan dengan skor 21-14 dan 21-8. Uniknya lawan di babak ketiga ini posturnya jauh lebih besar, Artchi tingginya hanya sebatas dadanya, seperti pertarungan Goliath dan David. Tetapi dengan mentalnya yang tangguh lawan yang lebih besar usia dan perawakannya dapat ditumbangkannya. Di perdelapan final barulah si Artchi mengalami kelelahan fisik, sehingga semua teknik permainannya hilang di babak ini. Walaupun begitu hal ini menjadikan gambaran prestasi yang diraih melebihi anak-anak seusianya. Apalagi dikelompok ini hanya Artchilah peserta dari Kendal yang dapat bertahan sampai 16 besar. Tentunya di masa mendatang saat usianya sesuai dengan kelompoknya kemungkinan prestasi yang di raih akan lebih tinggi lagi, yaitu gelar juara di level yang lebih tinggi, INSYA ALLAH.
Like
ccc

Add to Cart

SELINGAN: SENIMAN BULUTANGKIS INDONESIA

SELINGAN: SENIMAN BULUTANGKIS INDONESIA

Hendrawan, peraih medali perak Olympiade 2000 dan juara dunia 2001
Hariyanto Arbi, juara All England tahun 1993 dan 1994, juara dunia 1995.
Icuk Sugiarto juara dunia tahun 1983
Christian Hadinata/Ade Chandra, juara All England 2 kali dan juara dunia tahun 1980.
Cuncun/Johan Wahyudi, juara All England 6 kali, juara dunia 1977 danevent-event penting dunia lainnya.
Siapa yang tidak mengenal nama-nama seperti Liem Swie King, Susi Susanti, Alan Budikusuma, Rudy Hartono, Taufik Hidayat dan legenda-legenda bulutangkis Indonesia lainnya? Bulutangkis telah menjadi salah satu olahraga kebanggaan Indonesia. Bagaimana tidak, olahraga ini kerap mengibarkan sang Merah-Putih dan menyenandungkan lagu ‘Indonesia Raya’ di kancah internasional. Sejarah mencatat, sejak bulutangkis dilombakan dalam ajang Olimpiade pada tahun 1992, Indonesia menjadi negara yang menjaga tradisi emas di ajang tersebut.

Pada tahun 1992, Indonesia merebut tahta kehormatan bulutangkis di Olimpiade lewat medali emas yang dipersembahkan oleh Susi Susanti (Tunggal Putri) dan Alan Budikusuma (Tunggal Putra) – yang kemudian menjadi pasangan emas Olimpiade sepanjang sejarah bulutangkis. Indonesia juga meraih medali perak lewat Ardy Wiranata (Tunggal Putra) dan Rudy Gunawan/Eddy Hartono (Ganda Putra). Medali perunggu dipersembahkan oleh Hermawan Susanto (Tunggal Putra). Lihat saja, di sektor tunggal putra, tiga orang dari empat semifinalis Olimpiade berasal dari tim Merah-Putih, betapa tidak bangganya kita saat itu? Tiga Merah-Putih berkibar perkasa saat itu di sektor Tunggal Putra. Mengagumkan!

Tahun 1996, Indonesia kembali tersenyum di ajang paling bergengsi di dunia tersebut. Lagi-lagi, medali emas datang dari cabang bulutangkis. Kala itu, giliran Rexy Mainaky/Ricky Subagja (Ganda Putra) yang memboyong emas ke pangkuan ibu pertiwi. Masih di sektor Ganda Putra, rekan mereka, Denny Kantono/Antonius Budi Ariantho berhasil membawa pulang sekeping medali perunggu. Tidak sampai disana, dua srikandi Indonesia, Mia Audina (Tunggal Putri) dan Susi Susanti (Tunggal Putri) berhasil membawa medali, masing-masing medali perak dan perunggu. Coba lihat lagi, dua Merah-Putih yang gagah berkibar masing-masing di sektor Ganda Putra dan Tunggal Putri.


Tony Gunawan dan Candra Wijaya sang juara Olympiade tahun 2000
Di tahun 2000, medali emas dipersembahkan masih lewat nomor Ganda-Putra, Tony Gunawan/Candra Wijaya. Medali perak kala itu disabet oleh Hendrawan di Tunggal Putra dan Tri Kusharijanto/Minarti Timur di sektor Ganda Campuran. Empat tahun berikutnya, tahun 2004, Taufik Hidayat yang saat itu berusia 23 tahun berhasil menjaga tradisi emas Olimpiade di cabang bulutangkis. Saat itu, Taufik Hidayat berhasil berdiri di tempat tertinggi di sektor Tunggal Putra. Tidak seorang diri, rekan senegaranya, Sony Dwi Kuncoro berhasil meraih medali perunggu di sektor yang sama. Di nomor Ganda Putra, Flandy Limpele/Eng Hian juga ikut mempersembahkan sekeping medali perunggu saat itu.

Tiga tahun yang lalu, tahun 2008, Indonesia masih berjaya dengan merebut emas di nomor Ganda Putra lewat Markis Kido/Hendra Setiawan. Kala itu mereka membuyarkan impian ganda tuan rumah, Fu Haifeng/Cai Yun, untuk merebut emas di depan publik sendiri. Emas saat itu terasa istimewa, pasalnya bertepatan dengan perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, pada tanggal 17 Agustus. Tentu hal itu merupakan sebuah kado manis untuk negri kita tercinta, Indonesia. Semangat 45 kala itu rupanya tertular ke srikandi Indonesia, Maria Kristin Yulianti. Datang sebagai pemain yang tidak diunggulkan, Maria Kristin Yulianti berhasil menumbangkan lawan-lawan tangguh, dan menjadi satu-satunya semifinalis yang berbendera selain Cina. Pada perebutan medali perunggu, ia menghadapi salah satu unggulan tuan rumah, Lu Lan. Ciri khasnya yang tenang dan tanpa ekspresi seakan tanpa lelah mengejar bola-bola pengembalian Lu Lan. Maria berjuang atas nama Merah-Putih hingga akhirnya dia memenangi pertandingan dengan rubber set (tiga set) dan sekaligus membuat pemain Cina itu menangis di lapangan. Saat itu rasanya saya ingin menangis melihat perjuangan Maria Kristin mengingat dia datang sebagai pemain yang tidak diunggulkan. Sekeping medali masuk dalam pundi-pundi Indonesia, medali perunggu. Tak hanya itu, sekeping medali perak masih diraih oleh punggawa-punggawa Merah-Putih lewat perjuangan Nova Widhianto/Liliyana Natsir di nomor Ganda-Campuran.

Sepak terjang Indonesia di Olimpiade cabang bulutangkis memang sangat manis. Sejak 1992, sedikitnya 3 medali menjadi persembahan yang mengharukan dari pasukan Merah-Putih.

Masih dari bulutangkis, Indonesia juga menjadi negara tersukses di ajang Thomas Cup dengan mencatat kemenangan 13 kali dari 26 kali gelaran sejak 1949. Bayangkan saja, setengah dari jumlah gelaran, Indonesia mempersembahkan Thomas-Cup ke pangkuan ibu pertiwi. Di turnamen serupa, namun untuk putri, Uber Cup, Indonesia mampu meraih 3 kemenangan pada tahun 1975, 1994, dan 1996. Meski hanya mampu meraih 3 gelar di Uber Cup, kita patut berbangga diri, karena Indonesia berhasil ‘mengawinkan’ gelar Thomas dan Uber pada tahun 1994 dan 1996. Salah satu kebanggaan lain!

Selain Olimpiade dan Thomas-Uber, Indonesia juga masih menunjukkan tajinya di ajang prestisius All England. Prestasi paling gemilang di sejarah bulutangkis dunia diraih oleh pebulutangkis kita, Rudy Hartono. Betapa tidak, ia berhasil naik podium juara 8 kali dan 7 diantaranya direbutnya secara beruntun, tahun 1968-1974. Sebuah prestasi yang tidak main-main! Masih dari ajang All England, Liem Swie King juga mampu meraih 3 gelar juara di ajang tersebut. Liem Swie King bahkan menjadi salah satu pemain bulutangkis dunia yang mempunyai trade mark sendiri, yaitu King Smash, sebuah pukulan smash yang dilakukan sambil melompat yang menjadi ciri khas seorang King.

Sampai saat ini, torehan Indonesia pada cabang olahraga bulutangkis masih menjadi salah satu yang terbaik di dunia, dengan berbagai macam gelar yang sudah diboyong ke tanah air Indonesia. Tidak hanya di ajang-ajang besar seperti di atas, di level turnamen yang lebih rendah, seperti Super Series, Grand Prix Gold, Grand Prix, dll, Indonesia masih mampu bersaing dengan negara-negara kuat lainnya di dunia. Sampai saat ini, masih ada nama-nama lainnya yang sempat mengukir prestasi untuk Indonesia, sebut saja Deyana Lomban, Vita Marissa, Simon Santoso, Greysia Polii, Meiliana Jauhari, Alvent Yulianto, Hendra Aprida, Muhammad Ahsan, dll.

Saat ini, tahun 2011, Indonesia memang sedang melemah, seringkali kita kalah dari negara-negara yang dulu sering kita kalahkan, seperti Cina, Malaysia, Korea Selatan, dll. Tapi dengan mengingat kedigjayaan Indonesia di masa lampau, semoga kita bisa bangkit, menorehkan sejarah baru yang tentunya tidak kalah besar dari sejarah-sejarah yang dulu dipahat oleh pahlawan-pahlawan bulutangkis kita. Semangat, punggawa bangsaku! Berjuanglah! Kibarkan sang saka Merah-Putih dimanapun kalian berjuang!

(Artikel ini diambil dari http://sejarah.kompasiana.com/2011/05/10/bulutangkis-dan-sang-saka-merah-putih/)

Like
ccc

Add to Cart