Help/Support
Like
Contact
SALIM SANG PELUKIS KITA

SALIM SANG PELUKIS KITA

Salim dengan hasil karyanya diambil dari http://cemara6galeri.wordpress.com/collections/



Menemukan SALIM

Mengambil artikel dari LEA PAMUNGKAS

21-08-2008

"...Sering aku memikirkan Indonesia, dengan penuh kenangan dan kesedihan.

Biarlah Indonesia pada suatu saat kelak menemukan jalan

menuju impian kita, impian di Gedung Nasional Kenari"

Lebih dari 10 tahun, aku mendengar namanya. Salim. Seorang pelukis di belantara prestisius, Paris. Banyak orang membicarakan dengan mata penuh kekaguman. "...Seorang yang punya sikap," begitu rata-rata pendapat orang.

Dalam sebuah kesempatan tanpa sengaja, aku melihat karya lukisnya di sebuah rumah di Herengracht, Amsterdam. Karyanya dikoleksi oleh seorang budayawan terkenal Indonesia. Sedikit garis, bidang-bidang, dan warna-warna.

"Karya kubisme?" tanyaku saat itu pada seseorang. "Tidak, ini Salim."

Pikiranku mulai pontang-panting, saat seseorang meminta aku pergi untuk mewawancarai Salim. Dan waktunya makin dekat. Tak banyak referensi tentang dia kuperoleh lewat tulisan. Juga pembicaraan yang kukorek dari beberapa orang yang kusangka bisa bercerita banyak tentang dia, nyatanya tidak membuatku ‘makin kenal'.

Olehnya bayangan aku tentang dia mengembara sendirian. Selain dia pelukis, ‘punya sikap', lalu apalagi? Usianya 100 tahun, pada tahun 1919, ia berangkat ke Eropa. Masa awal remajanya, ia habiskan di Amsterdam, kemudian seterusnya secara resmi bermukim di Paris, dan banyak berkelana ke berbagai penjuru budaya Eropa.

Wow! Kepalaku sedikit tegang. Pertama adalah, dalam sepanjang hidupku aku belum pernahngobrol -apalagi mewawancarai-, seorang yang berusia 100 tahun. Sisanya adalah bagaimana ‘isi' seseorang yang telah melewati pasang surut zaman dan kebudayaan? Apa yang telah dialaminya? Pembicaraan apa yang menarik baginya?

Gelap.

Montparnasse

"Apartemennya penuh dengan burung yang dilepas begitu saja," tukas seorang rekan.

Baik, aku sudah memperoleh alamatnya. Sebuah apartemen di Neuilly sur Seine, kawasan Montparnasse, Paris.

Layaknya orang awak, jika seseorang menyebut Paris, maka yang berseliweran di kepalaku adalah rumah-rumah mode, wangi parfum, orang-orang yang lalu lalang dengan penampilan yang chic dan semerbak. Lalu cafe-cafe dengan bau hangat cappucino dan croisant, masakan khas Perancis di restaurant-restaurant berinterior khas.

Tapi lebih dari itu, adalah kehidupan kebudayaan di Paris. Selain Universitas Sorbonne, banyak budayawan dan seniman besar lahir di sini, atau memilih menetap, atau tak bisa tidak, jatuh cinta pada Paris.

Pelukis legendaris Belanda Vincent van Gogh pernah menetap cukup lama di Paris, kemudian pelukis Italia, Amadeo Modigliani. Juga bintang The Doors, Jim Morrison, dan penulis Irlandia pemenang hadiah nobel, Samuel Becket.

Aku membuka-buka segala macam buku untuk memberikan gambaran lebih detil tentang Salim.

Montparnasse, kawasan apartemen tempat ia tinggal, terletak di selatan kota Paris.

Ini adalah sisi lain dari Paris, sebuah kawasan modern yang memang diorientasikan sebagai daerah perkantoran baru. Di sini didirikan Grande Arche, sebuah gerbang berbentuk kubus yang ditempatkan berseberangan, segaris dengan Gereja Notre Dame di sebelah barat.

Kendati daerah modern Paris, Montparnasse tak juga dilepaskan dengan kecambah kebudayaan dunia. Di sini ada sebuah restaurant ikan sangat terkenal ke penjuru dunia. Bukan sekadar karena makanan dan atmosfernya yang mengesankan, tetapi karena dulu tempat ini kerap dijadikan tempat nangkringnya para seniman besar.

Filosof Jean Paul Sartre, adalah pelanggan tetap, restaurant yang kini berusia ratusan tahun ini. Begitu pula pelukis Edgar Degas, Pierre-Auguste Renoir, Picasso, Modigliani, dan ...Salim.

"Orang datang ke tempat ini untuk duduk dan bersantai selama berjam-jam, sambil minum-minum, ngobrol, baca koran, atau melamun. Di sinilah saya pernah bertemu dengan seorang Belanda yang boleh dikatakan mengantarkan saya ke dunia sastra," jelas Salim.

Di tempat ini, ada sebuah makam, konon, paling sibuk dikunjungi para pelayat: makam si urakan Jim Morrison The Doors. Dalam matinya, Jim Morrison, bertetangga dengan para seniman dan filsuf besar. Filofof besar Perancis Jean-Paul Sartre dan Simone de Beauvior dimakamkan di Montparnasse, begitu pula penulis romantis terbesar Perancis, Guy de Maupassant, dan penyair Charles Baudelaire.

Montmatre

Hal lain aku pun dengar, sejak masa mudanya Salim kerap terlihat di kawasan Montmatre. Katanya, bagi orang yang mengenal Paris, maka seni dan Montmatre, adalah kata tak terpisahkan. Pada awal akhir abad 19 dan awal abad 20-an, Montmatre selalu diasosiasikan dengan kaum seniman bohemian.

Penyanyi paling legendaris Perancis, Edith Piaf tak jarang ngamen di bawah bukit Montmatre, kala ia baru saja menapak karir. Dan pelukis Pablo Picasso mengerjakan karyanya Les demoisselles d'Avignon di tempat ini. Sementara Salvador Dali banyak menyelesaikan karya-karya surealistisnya, dan Eduard Manet mengejutkan dunia pada akhir abad 19 dengan karya telanjangnya, juga kala ia tinggal di Montmatre.

Orang-orang Paris, lebih sering menyebut Kawasan Montmatre dengan ‘butte' (bukit), karena tempat ini adalah tempat yang paling tinggi di kota Paris. Dari sini orang-orang bisa melihat lanskap indah ke arah Sacre-Cœur dengan deretan cafe-cafe kecil yang menapak ke arah Montmatre. Kemudian juga Kawasan Pigalle, yang dulu pernah sangat terkenal sebagai kawasan tari dan teater. Dan daerah lampu merah yang sangat banyak mengilhami kaum seniman: De Moulin Rouge

Like
ccc

Add to Cart

PELUKIS LEGENDARIS DELSY SYAMSUMAR

PELUKIS LEGENDARIS DELSY SYAMSUMAR

Delsy Sjamsumar atau Delsy Syamsumar beliau adalah pelukis Indonesia satu-satunya yang diakui oleh Lembaga Seni dan Sejarah Perancis lewat buku literatur seni dunia "France Art journal 1974" sebagai seniman Asia Tenggara terbaik dengan segudang bakat propesi seperti sebagai pelukis, illustrator, komikus, disainer, story board film,art director, production disainer film dan sebagainya.

Dalam tulisan journal tersebut ditulis bahwa Delsy adalah " II'exellent dessinateur" dan "Litteratures Contemporaines L' Azie du Sud Est.

Disamping sebagai pelukis cerita bergambar, illustrator yang berbakat beliau juga pernah mendapat penghargaan sebagai Art Director terbaik Asia lewat film berjudul Holiday in Bali, karya sutradara H. Usmar Ismail pada festival film Asia di Tokyo tahun 1964, disaat Olimpiade musim panas berlangsung di Jepang.

Karya-karya lukisnya banyak menghiasi berbagai masmedia cetak ternama Indonesia seperti Majalah Kartini yang logonya ia ciptakan, majalah Aneka. Vista, Caraka, Singgalang, Pos Kota, Pos Fim, Majalah Film, Senang, Misteri, Amanah, Idola, Anita dan masih banyak lagi segudang masmedia lain yang ia hiasi. Karya-karya Delsy bukan hanya terpaku pada beberapa jenis media saja namun menerobos masuk ke berbagai media yang kompleks yang tidak pernah dilakukan pelukis-pelukis Asia Tenggara lainnya, seperti logo perusahaan penerbangan Indonesia "Bouraq Indonesia" , logo kuda laut Pertamina yang lama, package disain kertas tissue, kemasan kapocis, sabun mandi,sampul buku sampai ke logo rumah adat minang yang sekarang menjamur juga merupakan salah-satu dari sekian banyak karya yang ia ciptakan. Beliau juga dikenal sebagai seniman pembuat patung baik monumen, maupun patung pengganti stuntman film dan sebagainya.

Banyak sekali karya-karya komik yang ia buat seperti komik Mawar putih, Bajak laut Aceh, Pertempuran lima hari lima malam di Palembang, Mat pilun, Tonggeret, Komik pahlawan bersejarah Indonesia seperti: Diponegoro, Sentot Alibasya, Sultan Hassanudin, Christina MT, Tuanku Imambonjol, Cut Nyak Dien dan masih banyak lagi karya-karya yang tak terbilang jumlahnya. Karya-karya komiknya merupakan perpaduan antara seni lukis klasik dan moderen yang mewakili identitas wujud rakyat jelata Indonesia di antara tahun 1957 sampai dengan tahun 2001.

Pamaeran lukisan yang dilakukan bersama (biennale) dengan para pelukis ternama Indonesia seperti Basuki Abdullah, Sudjoyono dan sebagainya di Jakarta tahun 1986 telah mengangkat nama pelukis Delsy ini lebih jauh lagi karena karyanya lebih banyak terjual, termahal dan lebih banyak diminati oleh para pencandu lukisan luar dan dalam negeri Indonesia.

Saat itu para pengamat dunia lukis telah menganalisa bahwa faktor-faktor yang menjadi pendorong para pembeli karyanya adalah terletak pada wujud karyanya yang mampu mengekspresikan situasi masyarakat Indonesia yang tinggal di emper-emper warung dan toko serta kaki-lima pada downtown yang kumuh penuh realitas di zaman orde baru.

Beliau dilahirkan di Medan dengan orang tua asal Bukkitinggi, Sumatera Barat pada tahun 1935. Beliau adalah pelukis Indonesia yang belajar dari gurunya Wakidi seorang pelukis ulung dizaman orde lama..

Ditengah hempasan badai komik dan animasi Jepang yang sedang melanda Indonesia sekarang ini. Mulai banyak para pengamat komik dan animasi, ombushman, penerbit Indonesia yang merindukan munculnya kembali karya-karya seni sebagaimana zaman di saat Delsy Sjamsumar menghempaskan sapuan-sapuan kuasnya di atas kertas. Karya-karyanya memang seronok melampaui zamannya. Sehingga seringkali mendapat teguran para ulama, agamawan dan pengamat masyarakat sampai ke politikus Indonesia.

Di dunia perfilm-an ada beberapa film-film yang ikut ditanganinya seperti Malam jahanam, Kemelut hidup, Saur sepuh, Bernafas dalam lumpur, Sebelum usia 17,Jangan sakiti hatinya, Live love and tears, Buaya Deli, Jayaprana, dan sebagainya.

Beliau telah menghembuskan nafas terakhir dipangkuan istri pertamanya "Adila" pada tahun 2001 di Jakarta, Indonesia dengan meninggalkan 9 orang anak dan 5 orang istri yang pernah ia nikahi.

Sudah tentu bagi masyarakat Indonesia yang pernah melihat dan mengamati karya-karya Delsy mengelukan kebesaran karya-karyanya, dan tak heran bila karya-karya Delsy ditonjolkan sebagai pelukis dan Illustrator pewujud "Identitas seni Indonesia" . Semoga muncul Delsy-Delsy baru yang dapat mengunjukkan gigi di gelanggang seni lukis komik dan animasi dunia sebagaimana Jepang melahirkan Osamu Tezuka atau Amerika yang melahirkan Disney. (A.Dermawan).

Salah satu contoh karya beliau yang kerap-kali mewarnai penerbitan masmedia Indonesia dapat dilihat pada attachment (添付ファイル)file di bawah ini.

 

Attachment: delsy lks1.bmp

Attachment: lks4.bmp

Tags: インドネシアの漫画家イラストレーター等

Next: Memorizing an Indonesian Legendary Painter: Delsy Syamsumar

Artikel ini di ambil dari: http://logasiume.multiply.com/journal/item/1

Like
ccc

Add to Cart

KEABADIAN SENI RUPA

KEABADIAN SENI RUPA

Contoh karya seni rupa relief yang ada pada candi.

"KARUNIA-RAPUH" salah satu contoh judul dan visual karya seni rupa.

Salah satu bentuk karya seni rupa yang diberi judul "ROOMMATE".

Hari telah berganti dengan hari, keseharianku masih berkutat dengan kesibukan yang berhubungan dengan seni rupa. Memang itu sudah menjadi satu pilihanku. Pilihanku di samping juga sebagai suatu kewajiban yang harus aku kerjakan. Kewajiban yang juga aku tuntut mengenai hasil yang akan aku terima, sebagai hakku. Kesadaran atas hak dan kewajiban itulah yang membuatku masih terus bertahan, di samping aku memang mempunyai kemampuan dan bakat di bidang itu, yaitu bakat sebagai seniman rupa.
Suatu pilihan merupakan sesuatu yang telah disukai diantara beberapa kesenangan atau kesukaan mengenai suatu kegiatan, permainan maupun hiburan. Jadi pilihan itu adalah sesuatu yang paling disukai dibandingkan yang lain sebagai pembanding yang telah dipilih. Pilihan berarti yang terbaik diantara beberapa pilihan yang lain. Jadi seni rupa merupakan suatu kegiatan yang terbaik dan yang paling aku sukai diantara pilihan-pilihan kegiatan yang lain. Dengan kata lain Seni Rupa adalah best of the bestnya.
Walaupun keseharian yang aku jalani seperti itu terus menerus, akupun takkan pernah merasa bosan. Aku memang merasa teramat suka dan hobi terhadap kreatifitas yang harus aku jalani ini, di samping juga bakat yang telah tersalur di dalam diri saya. Suka, hobi dan bakat apabila telah menyatu takkan ada lagi yang bisa memisahkannya, karena hanya hal itulah yang membuat manusia itu tetap betah untuk menekuninya, wealaupun dana yang harus dikeluarkantidak sepadan dengan hasil yang diterima.
Seni rupa memang merupakan suatu kegiatan yang sangat bervariatif dan selalu berubah setiap saat, untuk menghasilkan hal-hal yang baru, hal-hal yang belum pernah ada. Orang awam pasti akan menganggap seni rupa akan selalu tetap atau monoton. Padahal anggapan semacam ini tak berlaku bagi seseorang telah berkecimpung dalam seni rupa. Seni rupa atau seni pada umumnya takkan pernah berjalan tetap di tempat. Seni rupa akan selalu berjalan dan berpindah-pindah menuju bentuk-bentuk baru sebagai hasil kekreatifitasannya. Semakin lama akan semakin berkembang dan semakin maju bersamaan dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang bertambah modern.
Seni rupa tak akan pernah tertinggal oleh zaman. Zaman yang berganti akan berganti pula jenis dan bentuk karya seni rupanya. Bertambah modern suatu zaman akan bertambah modern pula kekreatifannya sesuai dengan selera dan kesukaan orang-orang yang berada pada zaman itu. Insannya berbeda dan berganti-ganti, seleranya juga ikut berganti, modepun juga ikut berganti, seni rupanya tetap ada dan hadir sesuai dengan bentuk gagasan dan ide baru serasi dan sesuai dengan insan, selera maupun mode yang ada pada saat itu. Dengan kata lain siapapun orang dan zamannya seni rupa akan selalu eksis sepanjang kehidupan kebudayaan manusia.
Aku hanyalah satu individu yang berada pada satu masa dari sekian juta atau bahkan milyar manusia yang hidup dari ribuan masa kehidupan yang ada. Jadi banyak sekali dari insan-insan yang takkan pernah bosan untuk berkreasi membuat visualisasi bentuk baru dari seni rupa yang selalu segar dan bergairah hasil karya ciptanya. Perupa satu tiada akan digantikan beribu-ribu perupa lainnya bahkan berjuta-juta penggantinya. Seni rupa akan abadi selama kehidupan kebudayaan manusia masih tetap ada. Dengan kata lain selama kehidupan di alam semesta ini masih ada, seni rupapun akan selalu eksis hidup berdampingan dengan berjalannya kehidupan manusia.
Like
ccc

Add to Cart

PELUKIS LEE MAN FONG

PELUKIS LEE MAN FONG

Lukisan Karya Pelukis Legendaris Lee Man fong



"ROOSTER HEN" karya Lee Man Fong diambil dari http://i385.photobucket.com/albums/oo297/Bayuco/RoosterHen.jpg







LEE MAN FONG

Seorang pelukis berasal dari cina yang dilahirkan di Cina, Ghuangzhaou, caton pada tahun 1913. ayahnya yang seorang pedagang meninggal pada tahun 1930 saat mereka di Singapore. Setelah ayahnya meninggal Lee Man Fong harus menghidupi adik-adiknya dan ibunya. Dengan kemampuan melukisnya dia menghidupi keluarganya, tapi pekerjaan itu dirasa kurang cukup, Kehidupan yang terasa berat dan kurang membuat Lee man Fong hijrah ke Jakarta pada tahun 1932, dan mencoba pruntungannya di Indonesia. Lee Man Fong pun bekerja sebagai pelukis komersil dan juga bekerja di agen periklanan.

Pada tahun 1936 pemimpin asosiasi Hindia Belanda Timur mengundang Lee Man Fong, yang dikenal sebagai pelukis otodidak, untuk berpartisipasi dalam pameran lukisan yang akan diadakan di belanda, sebelumnya pameran ini diadakan hanya untuk para pelukis yang berkebangsaan belanda. Tentu saja undangan ini dianggap sangat luar biasa, dan hal itu membuat marah komunitas seniman belanda, karena diluar kebiasaan komunitas seniman setempat.

Setelah tahun 1940an, Lee Man Fong mencurah kan segenap waktunya untuk melukis, dia datang ke Bali tempatnya dia bekerja, dan mempersiapkan pameran tunggalnya di Jakarta dan Bandung. Pameran tunggalnya yang di Jakarta dilaksanakan pad mei 1941.

“saya suka Indonesia” kalimat itu yang sering terlontar dari mulut Lee Man Fong, maka ketika jepang datang ke Indonesia dan hendak menjajah Indonesia,secara gerilya Lee Man Fong turut serta melawan fasisme jepang hingga akhirnya dia harus terpenjara selama 6 bulan pada tahun 1942. untunglah dia ditolong oleh Takahashi Masao seorang opsir yang juga seniman ikebana (rangkaian bunga). mereka berkenalan hingga Takashi Masao tahu kalau Lee Man Fong adalah seorang seniman dan dia tertarik dengan potensi yang dimilikinya maka Lee Man Fong pun dibebaskan.

Pada tahun 1949, Lee Man Fong di beri beasiswa oleh pemerinta Belanda untuk belajar melukis di Holland selama 3 tahun. Selama itu juga dia sempat mengadakan beberapa pameran tunggal. Dari pameran-pameran ini Lee Man Fong mendapatkan kesuksesan.

Tahun 1952 presiden Soekarno sebagai pecinta seni lukis datang ketempat Lee Man Fong di Jalan Gedong, semangat Lee Man Fong semakin terpacu. Dan pada tahun 1955 dia mendiri kan sebuah perkumpulan yin hua, sebagai organisasi pelukis tionghoa, yang berada di Lokasari, Jakarta Kota, sering mengadakan pameran. Presiden Soekarno pun sering menghadiri pameran tersebut, bahkan saat lukisan yin hua berada di Tiongkok , Lee Man Fong bertindak sebagai ketua delegasi. Dan itu sangat membuat presiden Soekarno salut juga bangga.

Lukisan Lee Man Fong sangat disukai presiden Soekarno karena lukisan Lee Man Fong dipandang seperti ventilasi ditengah sibuknya revolusi. Maka pada tahun 1961 Lee Man Fong diangkat resmi menjadi pelukis istana dan warga Indonesia dan semenjak itu dia bekerja untuk Presiden Soekarno untuk waktu lama.

Tapi setelah diangkat menjadi pegawai resmi istana, dan bertugas mengurus koleksi sang presiden, Lee Man Fong merasa ada yang kurang, karena Lee Man Fong bukanlah seorang pekerja kantoran yg terbiasa dengan jam kerja, lingkungan yang protokoler, dan harus selalu patuh terhadap Presiden. Semua itu tak mudah bagi Lee Man Fong. Akhirnya Lee Man Fong mengajak sahabatnya Lim Wasim yang seorang pelukis juga sebagai asisten Lee Man Fong dan Presiden Soekarno pun menyetujuinya.

Pada masa Presiden Soekarno harus turun, dan keadaan politik di Indonesia sangat kacau, Lee Man Fong pun akhirnya terpaksa harus “lari” ke Singapore, sempat lama tinggal di Singapore dan dianggap tokoh besar Singapore dan pelukis Singapore.

Pada tahun 1985, Lee Man Fong kembali ke Indonesia dan pada tahun 1988 dia meninggal di Puncak, Jawa Barat, karena sakit liver dan paru-paru yang di deritanya.(Artikel diambil dari http://wikipedia.com)

Like
ccc

Add to Cart